Fakta-fakta Pangeran Arab Saudi Meretas iPhone Bos Amazon

Jeff Bezos dan Mohammed Bin Salman.
Sumber :
  • dw

Pendiri dan pemilik Amazon serta surat kabar Washington Post, Jeff Bezos, bukan sosok sembarangan. Karena itu, ketika muncul berita bahwa iPhone miliknya diretas sontak merebut perhatian publik. Apalagi, yang dituduh melakukan peretasan bukan sosok sembarangan. Dia adalah Pangeran Arab Saudi Mohammed Bin Salman.

Awalnya, pakar hak asasi manusia (HAM) yang bekerja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Agnes Callamard dan David Kaye, meminta Amerika Serikat (AS) menyelidiki kasus dugaan peretasan terhadap ponsel iPhone Jeff Bezos.

Menurut laporan media, penasehat keamanan pribadi Jeff Bezos pada Februari 2019 telah dihubungi pejabat intelijen yang tidak disebutkan namanya, dengan saran agar iPhone Bezos diperiksa karena ada dugaan peretasan.

Tak lama kemudian, Jeff Bezos sendiri maju ke publik dan mengatakan bahwa Tabloid National Enquirer telah mengancam akan mempublikasikan pesan-pesan pribadi dan fotonya.

Perusahaan keamanan siber FTI Consulting, yang dijalankan oleh mantan pejabat keamanan siber di Dewan Keamanan Nasional AS, Anthony Ferrante, menyatakan bahwa memang ada bukti ponsel Jeff Bezos terinfeksi oleh spyware pada Mei 2018 melalui pesan WhatsApp.

Pesan itu datang dari dari akun Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman. Pesan itu termasuk file video, yang kata FTI Consulting kemungkinan mengandung malware.

Kritik terhadap FTI Consulting

Tapi beberapa peneliti keamanan kemudian menyoroti beberapa masalah dengan laporan forensik yang dilakukan oleh FTI Consulting. Misalnya, laporan FTI bulan November lalu malah mengatakan para peneliti tidak menemukan malware, juga tidak ada bukti kuat bahwa ponsel Bezos secara diam-diam berkomunikasi dengan server-server yang dikendalikan spyware.

Penelitian lebih lanjut terhadap data-data di ponsel, terutama yang berkaitan dengan file root system, saat ini masih berlanjut. Pakar keamanan iPhone Will Strafach mengatakan, para penyelidik FTI belum bisa melakukan ujian forensik menyeluruh, sebelum meneliti sistem file root system.

"Saya pikir niatnya baik, tetapi rinciannya benar-benar penting, dan laporan (yang disampaikan pada) publik masih belum menunjukkan bukti apa-apa yang kuat," katanya.

Di lain pihak, Will Strafach mengatakan bahwa peretas canggih bisa menanam malware yang menghapus dirinya sendiri, setelah secara diam-diam mengirim data sensitif ke server kendalinya.

"Dia bisa mengambil semua yang diinginkan dan menghapus dirinya sendiri sehingga tidak ada jejak, tidak ada bukti," katanya. "Siapa pun yang mengerti pekerjaannya, akan menutupi jejak mereka."

Pakar keamanan lain mempertanyakan mengapa tim forensik FTI belum bisa menunjukkan atau mendeskripsikan perangkat lunak apa yang digunakan untuk mengirim malware bersama file video.

Kantor berita AP mengatakan, hingga saat ini FTI tidak menanggapi email dan pesan teks yang mereka kirim untuk meminta komentar.

Gunakan piranti lunak buatan Israel?

Spyware yang canggih - seperti paket yang disebut Pegasus BUATAN perusahaan peretas Israel NSO Group, memang dirancang untuk lolos dari deteksi dan menggelapkan kegiatannya. Arab Saudi diberitakan telah menggunakan Pegasus untuk melawan para pembangkang rezim dan aktivis hak asasi manusia dalam beberapa minggu setelah dugaan peretasan Bezos.

Namun hari Rabu (22/1), perusahaan NSO group secara tegas membantah bahwa teknologinya digunakan dalam peretasan ponsel Jeff Bezos. Lalu apa kaitannya dengan pakar HAM yang bekerja untuk PBB?

Agnes Callamard berfokus pada pembunuhan ilegal dan turut menyelidiki peran pemerintah Saudi dalam pembunuhan wartawan dan kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi, Oktober 2018.

Yang lainnya, David Kaye, bertugas di bidang kebebasan berekspresi. Dia sedang fokus pada meningkatnya penggunaan spyware untuk memantau dan mengintimidasi para pembela HAM dan jurnalis.

Keduanya adalah pakar independen untuk isu hak asasi manusia, dan bukan karyawan tetap PBB. Kalau benar Jeff Bezos menjadi sasaran peretasan MbS, tampaknya dia bukan satu-satunya.

Pangeran Arab Saudi Mohammed Bin Salman sering melakukan pertemuan dengan tokoh-tokoh politik dan selebriti, juga bintang olahraga.

Bahkan menantu Donald Trump, Jared Kushner, suami Ivanka Trump, juga berkomunikasi dengannya melalui WhatsApp, kata sumber di kalangan keamanan AS yang tidak mau disebut namanya.

hp/vlz (ap, rtr, afp)