'Chatbot Anti Hoaks' Diluncurkan, Terintegrasi dengan Telegram

Dirjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan.
Sumber :
  • VIVA/Novina Putri Bestari

VIVA – Kementerian Komunikasi dan Informatika merilis layanan 'Chatbot Anti Hoaks' sebagai upaya dari berkelanjutan dalam memerangi hoax, informasi menyesatkan, dan ujaran kebencian atau hate speech.

Chatbot Anti Hoaks hadir sebagai pilihan untuk masyarakat yang ingin memverifikasi sebuah kebenaran. Caranya, dengan terlebih dahulu menambah akun @chatbotantihoaks di Telegram. Kemudian masukkan beberapa kata kunci atau artikel penuh.

Menurut Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan, untuk tahap awal layanan ini telah terintegrasi dengan layanan pesan instan asal Rusia, Telegram.

Sedangkan, untuk line dan WhatsApp sedang dalam masa pengembangan, yang seharusnya bisa terwujud dalam satu sampai dua minggu ke depan. Dalam praktiknya, Kominfo bermitra dengan perusahaan rintisan atau startup Prosa.

Semuel juga mengaku bila Indonesia memiliki tiga fase pengguna internet. Pertama, fase pengguna internet awal yang mendapatkan informasi melalui browsing. Kedua, pengguna internet yang menggunakan media sosial. Ketiga, pengguna yang menggunakan pesan instan tanpa melewati fase pertama dan kedua.

Ia menjelaskan bahwa data-data yang didapatkan ini juga berasal dari mesin sensor internet atau Ais. Namun, untuk Chatbot Anti Hoaks, verifikasinya menggunakan sistem yang dimiliki Prosa.

Lalu, dengan masyarakat mempertanyakan sebuah kebenaran informasi, juga masuk menjadi salah satu laporan di Kominfo apabila terbukti hoax. Sementara itu, CEO Prosa, Teguh Eko Budiarto menambahkan, Chatbot akan merespons dalam hitungan detik jika datanya sudah ada dalam database.

"Tapi kalau datanya belum ada, kita lakukan analisa dengan mengadakan forum diskusi untuk investigasi. Karena, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) tidak bisa melakukan itu. Butuh manusia untuk cek langsung ke lapangan," jelasnya.