Bisnis Plastik Ibarat Jualan Angin

Co-founder dan CEO Dusdusan, Christian Kustedi.
Sumber :
  • Dokumen Dusdusan

VIVA – Nilai pasar ekonomi digital Asia Tenggara pada 2025, diprediksi mencapai US$240 miliar atau Rp3.300 triliun. Sementara itu, Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dipastikan menjadi salah satu kontributor utama

Di mana, perkiraan kontribusi mencapai hampir 50 persen dari gross merchandise value (GMV) ekonomi digital di kawasan tersebut.

Selain itu, Indonesia memiliki 133 juta pengguna internet, yang mana populasi pengguna internet yang tinggi ini turut mendorong Indonesia menjadi ekonomi digital terbesar dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.

Apalagi, dengan peran pembangunan infrastruktur seperti Palapa Ring untuk mendongkrak penetrasi internet di Indonesia, maka nilai ekonomi digitalnya diproyeksikan tumbuh hingga US$100 miliar atau Rp1.400 triliun pada 2025.

Kehadiran teknologi informasi, khususnya internet, tidak dapat disangkal telah memberikan kontribusi besar dalam kemajuan di berbagai sektor. Hal ini diakui oleh Co-founder dan Kepala Eksekutif Dusdusan, Christian Kustedi. Menurutnya, saat ini industri e-commerce di Tanah Air sedang tumbuh dengan pesat.

Untuk itu, Dusdusan hadir sebagai perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di bisnis grosir online yang mencoba membidik pasar reseller atau agen mikro, seperti emak-emak atau ibu-ibu rumah tangga serta orang kantoran, yang ingin memiliki penghasilan tambahan tanpa modal tetapi tidak menghabiskan banyak waktu dan tenaga.

"Kami berdiri bulan Desember 2014 dan memiliki konsep business-to-business (B2B), yang awalnya menyasar korporasi dan reseller besar. Tetapi, respons yang diberikan pasar saat itu sedikit. Karena itu, kami memutuskan mengubah banyak hal, dan bulan Februari 2015, kami memutuskan menjadi platform reseller," kata Christian kepada VIVA, beberapa waktu lalu.

Suasana kerja di kantor Startup Dusdusan.

Alhasil, pria berkepala plontos ini mengaku jumlah reseller sudah mencapai 81 ribu orang per 31 Januari 2019. Jumlah tersebut meningkat signifikan sejak strategi bisnisnya berubah menjadi 'jemput bola' ke reseller, seperti apa yang lagi booming atau sedang dibutuhkan pasar sekarang. Christian juga mengibaratkan berdagang plastik seperti menjual angin.

"Jual plastik di e-commerce itu ibarat jual angin. Jual botol atau toples atau tempat makan tapi dalamnya angin alias kosong. Ongkos kirim atau ongkir mahal. Jadi sangat sedikit yang mau main di produk ini," jelas Christian. Ia lalu mencontohkan gadget atau gawai yang ongkirnya lebih murah ketimbang produk plastik.

Pria yang kabarnya menjadi idola emak-emak ini mengatakan kirim gadget ke seluruh Indonesia, ongkos kirimnya antara Rp100 ribu sampai Rp250 ribu. Artinya, lanjut Christian, kalau dibandingkan dengan kirim barang 5 kilogram plastik, maka ongkosnya Rp150 ribu.

"Orang-orang pasti berpikir lebih baik jualan gadget. Satu kotak kecil harganya Rp2 juta-Rp3 juta, misalnya. Kalau satu kilogram maka nilai atau value-nya bisa Rp10 juta. Tapi balik lagi. Itu buat kita tantangan dan berkah. Apalagi sekarang kita sudah bangun jaringan dan kuat," jelasnya.

Tahun ini, ungkap Christian, tidak hanya plastik, Dusdusan juga merambah ke sejumlah produk baru antara lain mainan anak, garmen atau pakaian, obat-obatan herbal, serta perawatan kecantikan.

"Untuk herbal bulan ini diluncurkan, lalu skincare sekitar bulan Maret atau April paling lambat. Kami enggak masif dalam launching produk. Cukup satu bulan satu produk baru. Karena, butuh waktu dua sampai tiga minggu untuk edukasi dan sosialisasi kepada reseller di seluruh Indonesia," tutur dia. (asp)