Anggaran R&D di Indonesia Masih Kalah dengan Malaysia

Pendiri dan CEO Bukalapak, Achmad Zaky (tengah)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Afriadi Hikmal

VIVA – Hari ini, Jumat, 15 Februari 2019, Founder dan CEO Bukalapak, Achmad Zaky menggemparkan jagad Twitter lantaran cuitannya tentang alokasi dana riset dan pengembangan (R&D) di Indonesia.

Zaky menyinggung soal anggaran R&D di Indonesia sangat minim sehingga tak memadai untuk negara ini berkembang dalam era revolusi industri 4.0.

Di mata Direktur Eksekutif Center of Reform in Economics (CORE), Mohammad Faisal, jika dibandingkan dengan negara lain, anggaran R&D Indonesia jelas masih tertinggal.

"Semestinya kita lebih besar lagi dari angka saat ini. Contohnya itu seperti negara Malaysia yang sudah mendekati satu persen, lalu ada Korea yang yang sudah dua persen. Kalau dilihat, jelas kita masih jauh untuk mengejar ketertinggalan," katanya di Hong Kong Cafe, Jakarta, Jumat, 15 Februari 2019.

Namun sebetulnya R&D tidak hanya harus mengandalkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saja, melainkan bisa dengan kebijakan. Kebijakan tidak harus dengan mengeluarkan anggaran, namun bisa juga dengan insentif. Misalnya dibebankan ke sektor swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dengan cara seperti itu, biaya R&D tidak lagi menjadi beban pemerintah saja, peran mereka akan berubah menjadi pendukung.

Faisal mengatakan, meskipun dana yang disediakan pemerintah terbatas, namun memberi kebijakan di industri lain disebut dapat mengembangkan R&D.

R&D bukan hanya suatu program yang berjalan dalam satu hingga lima tahun saja, tapi jangka panjang.

Misalnya, Korea dalam mengembangkan teknologi, dari otomotif sampai elektronik bisa berjalan hingga 20 tahun. Maka itu, pengembangan R&D membutuhkan komitmen yang serius.

Dalam cuitan CEO Bukalapak, 13 Februari, menyinggung alokasi dana R&D di Indonesia masih di angka US$2 miliar. Atas dasar itu negara menempati posisi 43. Sementara di nomor pertama ada Amerika Serikat dengan nilai US$511 miliar.

Dalam penutupnya Zaky berharap presiden baru bisa menaikkan angkanya. Tweet ini langsung mendapat serangan dari pendukung kubu Jokowi. Buntutnya tagar #UninstallBukalapak menjadi trending pada Jumat pagi. (ann)