Startup Jangan Terpaku dengan Status Unicorn

Ilustrasi startup.
Sumber :
  • One Month

VIVA – Riset Google dan Temasek merilis prediksi ekonomi digital di Asia Tenggara. Dalam penelitian tiga tahun itu, ekonomi internet Indonesia diprediksikan pada 2025 menyentuh angka US$100 miliar.

“Awalnya 2016, estimasinya sekitar US$80 miliar sekarang estimasi 2025 US$100 miliar. Angka-angka yang diprediksi sudah dilebihi. Karena saking cepat perkembangan terutama ride-shairing,” kata Head of Corporate Communications Google Indonesia, Jason Tedjakusuma, dalam Diskusi Daya Tarik Investasi, Peluang, dan Tantangan Digital oleh Asosiasi Media Siber Indonesia, Jakarta, Jumat 1 Maret 2019.

Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi akibat perkembangan digital di Indonesia memang yang lebih cepat dibandingkan negara lain.

Namun di luar semua itu, para pelaku ekonomi digital terutama startup jangan terpaku dengan status unicorn yang ada. Sebaiknya startup lebih penting memberikan manfaat dan kesempatan para UMKM.

“Lewat satu platform itu mempekerjakan berapa orang yang jualan online seperti itu. Bukan nilai startup-nya siapa yang dibantu,” ujar dia.

Dalam kesempatan yang sama, Co-founder dan Managing Partner East Venture, Wilson Cuaca menceritakan bagaimana perusahaannya yang sudah berinvestasi pada 140 perusahaan. Namun tidak semua berhasil dan menjadi besar. Wilson menuturkan, butuh waktu hingga startup bisa bertahan, dia bercerita sekitar 15 persen dari perusahaan yang diinvestasikan East Venture tidak berhasil.

“Tiba-tiba jadi unicorn, enggak ada. Butuh 10 tahun bangun ekosistem di Indonesia,” kata Wilson.

Wilson menuturkan, perusahaan yang disuntik dana dari East Venture bukan hanya dari sektor e-commerce. Tetapi juga datang dari sektor lain serta bercita-cita bisa mengoptimalkan semua sektor yang ada di Indonesia.

“Kita itu bakal ada yang jualan sayur, ikan macem-macem. Semua sektor di Indonesia mau kita optimize. Mau jadi lebih canggih,” ujarnya.