Manusia Super Inteligensia Muncul 5 Tahun Lagi, Pakai Chip dan IQ 200

Ilustrasi manusia super inteligensia
Sumber :
  • Instagram/@introverb

VIVA – Manusia super cerdas alias super inteligensia bukan lagi mimpi fiksi. Ahli neurosains Universitas Northwestern Amerika Serikat, Moran Cerf mengatakan, munculnya manusia super inteligensia memungkinkan berkat bantuan chip pintar. 

Cerf mengatakan dia sedang mengembangkan chip pintar untuk ditanamkan dalam otak manusia. Nantinya chip ini akan memompa dan mendongkrak daya otak pengguna sehingga bisa menjadi manusia super cerdas. 

Ahli neurosains tersebut menuturkan, pengembangan chip pintar ini melibatkan perusahaan Silicon Valley, namun dia masih merahasiakannya. Dia membocorkan sedikit profil chip tersebut yakni punya kemampuan koneksi internet dan bisa mengakses Wikipedia. Dengan demikian bisa membuat pengguna bisa menjawab atau mencerna informasi dengan lebih cepat. Pada prinsipnya, ujar Cerf, chip pintar buatannya ini bisa menjalankan fungsi seperti komputer untuk mendongkrak kemampuan otak pengguna.

"Tiap orang menghabiskan banyak waktu mencoba menemukan cara memasukkan sesuatu dalam otak tanpa mengebor lubang di tengkorak kepala," ujar Cerf dikutip dari CBS, Selasa 5 Maret 2019. 

Dia menuturkan, hadirnya manusia super cerdas atau super inteligensia ini bukan lagi mimpi siang bolong atau kisah fiksi saja. Cerf malah sesumbar setidaknya dalam waktu 5 tahun ke depan, manusia super inteligensia itu bakal hadir. 

Saat ini ukuran inteligensia seseorang yakni minimal orang dengan 140 IQ. Rata-rata IQ manusia yakni 100. Sedangkan orang jenius umumnya punya IQ yakni 140. Nah Cerf sesumbar, orang yang ditanamkan chip pintar buatannya, IQ-nya bisa mencapai sekitar 200.

Meski merupakan sebuah terobosan bagi peradaban manusia, Cerf mengakui, jika nanti muncul manusia super intelijen dengan bantuan teknologi akan muncul masalah. 

"Jadi ini bukan masalah sains lagi tapi masalah sosial," tuturnya. 

Ahli neurosains itu khawatir munculnya manusia super inteligensia ini bakal melahirkan kesenjangan kemampuan otak dalam masyarakat, melebihi masalah ketidaksetaraan gender, ras dan keuangan. 

"Jadi mereka bisa menghasilkan uang cuma dengan memikirkan investasi yang tepat saja, sedangkan kita tidak bisa. Mereka akan kembali lebih kaya dan lebih sehat serta hidup lebih lama," tuturnya. (ali)