Debat Cawapres, Superioritas Sandi Vs Senioritas Ma'ruf Amin

Debat Perdana Capres-Cawapres Pemilu 2019. Para capres dan cawapres kembali bersama-sama ikut dalam Debat Putaran Kelima 13 April 2019.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Akhir pekan ini akan berlangsung debat putaran ketiga Pilpres 2019. Debat seri Minggu 17 Maret 2019, merupakan debat perdana untuk cawapres Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno. 

Instruktur Ahli Analisis Emosi, Handoko Gani menyoroti debat antara Ma'ruf dengan Sandi bakal menunjukkan adu kekuatan masing-masing kandidat. 

Handoko mengatakan, Sandi akan berusaha unggul dengan kekuatan pengalaman malang melintang sebagai pengusaha dan dunia bisnis. Dengan pengalaman ini, pasangan Prabowo Subianto ini diyakini punya kematangan dalam komunikasi dengan berbagai macam topik dan komunitas. 

Sedangkan Ma'ruf meski bukan berlatar pengusaha, namun punya keunggulan yakni orang yang senior dan lama menokoh, apalagi merupakan seorang ulama yang dikenal luas di masyarakat. 

Sama-sama punya keunggulan, kata Handoko, hal yang menarik ditunggu dalam debat akhir pekan nanti yakni sejauh mana Sandiaga bisa mengoptimalkan kemampuan non verbalnya, yakni gerakan kepala, ekspresi wajah, gestur tangan dan kakinya hingga suara yang digunakan, supaya bisa menguntungkannya dalam debat. 

Dalam siasat debat, menurut Handoko, seseorang sah-sah saja untuk 'berpura-pura' marah ketika tanya ke lawan bicara atau 'berpura pura' nyinyir dengan maksud merendahkan. Kemampuan bersiasat ini, menurutnya, mampu dilakukan Sandi dengan pengalaman sebagai pengusahanya. Namun yang patut dilihat apakah Sandi akan menempuh cara ini atau tidak. 

"Apakah pak Sandi akan optimalkan keuntungan ini atau sebaliknya. Apa beliau akan banyak optimalkan pertanyaan dan suaranya, ketimbang ekspresi non verbal tadi. Ekspresi wajah atau gestur yang menimbulkan ketidaknyamanan (bagi lawan)" jelas pakar Behavior Analysis & Investigative Interview dari Emotional Intelligence Academy, Manchester, Inggris itu kepada VIVA, Kamis 14 Maret 2019. 

Mengingat lawan debat Sandi adalah tokoh agama yang mengakar, Handoko memprediksi, Sandiaga tidak akan memanfaatkan kemampuan non verbal tersebut untuk mematikan Ma'ruf.

"Kyai Ma'ruf kan tokoh senior dan tokoh ulama. Enggak sembarangan ekspresi non verbal bisa keluar. Atau menunjukkan senyum superioritas, pak Sandi kemungkinan nggak mungkin nyinyir. Sebab itu akan berdampak negatif ke dia," jelasnya. 

Menurut Handoko, Sandi akan bersikap sopan dan dalam debat nanti. Pengusaha nasional itu akan menyikapi Ma'ruf dengan adat ketimuran, mengingat pengalaman dan usianya yang sudah senior. 

Untuk itu, kemungkinan ekspresi non verbal yang bisa memancing ketidaknyamanan dari Ma'ruf, tidak akan banyak keluar dari Sandi. 

"Pak Sandi tak akan ambil risiko keluarkan ekspresi non verbal yang sifatnya memancing, lain kalau itu tak sadar muncul, itu normal," tuturnya. 

Analisis bibir cawapres

Dari sisi anatomi wajah, Handoko mengatakan, ada keuntungan dari raut wajah ulama NU itu, yakni bentuk bibirnya.
 
"Maaf ini tidak bicarakan kekurangan beliau. Secara analisis ekspresi wajah, bentuk bibir beliau termasuk bentuk bibir yang sulit dianalisis, khususnya emosi yang terkait marah, takut dan nyinyir," jelas Handoko.

Kemungkinan gerak bibir yang muncul dari Ma’ruf adalah gerak mikro. Instruktur Training Lie Detector  itu meyakini, dengan pengalaman dan usianya yang sudah senior, Ma'ruf bisa mengendalikan pikiran yang menimbulkan emosi, marah dan nyinyir. 

Dengan demikian, kemungkinan besar Ma'ruf lebih diuntungkan dari ekspresi analisis wajah. 

Malahan menurut Handoko, perlu pakar khusus yang menguasai soal ekspresi wajah untuk bisa menganalisis wajah Maruf dengan lebih baik.

Berbeda dengan anatomi wajah Ma'ruf, Handoko mengatakan, ekspresi wajah dan khususnya gerak bibir Sandiaga relatif lebih mudah dianalisis. Handoko mengaku sudah berkali-kali menganalisis ekspresi wajah Sandi. 

"Dia punya keuntungan apabila betul-betul menguasai cara mengendalikan ekspresi wajah. Yang dimaksud di sini bagaimana mengelola ekspresi wajah, sehingga ada ekspresi yang sengaja dikeluarkan. Dengan keuntungan begitu, apakah beliau akan tetap melakukannya atau tidak," katanya. (dhi)