Meteor Setara 10 Kali Bom Hiroshima Meledak, Dunia Tak Menyadarinya

Jejak ledakan meteor di Laut Bering
Sumber :
  • Twitter/@simon_sat

VIVA – Dunia ternyata tak menyadari telah terjadi ledakan meteor dahsyat, setara 10 kali bom atom Hiroshima. Peristiwa tersebut terjadi pada 18 Desember tahun lalu di atas langit Laut Bering, Rusia. 

Kekuatan ledakan meteor tersebut baru disadari oleh badan antariksa dunia dan astronom belakangan ini. Ledakan meteor tersebut bahkan lepas dari pantauan dan pengamatan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). 

Dikutip dari Science Alert, Selasa 19 Maret 2019, NASA ternyata baru belakangan ini mendapatkan petunjuk meteor setara 10 bom atom Hiroshima itu dari data satelit militer Amerika Serikat. NASA menerima informasi, satelit tersebut mendeteksi cahaya inframerah dari ledakan meteor tersebut.

Dari data satelit militer itu, ilmuwan NASA bisa mengalkulasikan, meteor Laut Bering melintasi langit Rusia dengan kecepatan sekitar 115.200 kilometer per jam dan meledak pada ketinggian 25,6 kilometer dari daratan bumi.

Ledakan meteor dahsyat tersebut juga terdeteksi dari data satelit cuaca Jepang, Himawari-8. 

Menurut data satelit dan astronom, kekuatan ledakan meteor tersebut setara dengan 173 kiloton TNT. Angka tersebut lebih dari 10 kali dari ledakan bom atom Hiroshima yang kekuatannya 15 kiloton TNT.

Kalau dari kategori peristiwa alam, ledakan dahsyat meteor di Laut Bering itu adalah ketiga paling besar dalam kurun waktu satu abad belakangan ini. Pada 1908, ledakan dashyat tercipta dari benturan meteor Tunguska yang mana berkekuatan 3 megaton TNT, kemudian ledakan dahsyat meteor lainnya yakni jatuhnya meteor Chelyabinsk pada 2013 yang kekuatannya 440 kiloton TNT. Kalau dipikir menariknya adalah, tiga ledakan besar itu semuanya berada di wilayah Rusia.

Menurut ilmuwan meteor Western University Kanada, Peter Brown, ledakan meteor Laut Bering terdeteksi oleh 16 stasiun pemantau infrasonik di berbagai belahan dunia. 

"Saat kami melihat gelombang infrasonik ini, kamu segera tahu ada dampak atau munculnya energi besar," jelas astronom Queen's University Belfast Irlandia, Alan Fitzsimmons kepada laman New Scientist.

Dari data infrasonik, Brown bisa memperkirakan lebih jelas, meteor Laut Bering berdiameter 10 meter dan bobotnya sekitar 1.400 ton. 

Ukuran meteor tersebut jauh dari kategori objek dekat bumi berbahaya yang mana paling tidak berukuran 140 meter. 

Menariknya, dari sisi dampak dari ledakan meteor Laut Bering ini tidak banyak terinformasi padahal dari ketinggian meledaknya meteor, tidak jauh dengan titik ketinggian ledakan meteor Chelyabinsk. 

Pada 2013, publik dunia dikejutkan dengan meteor Chelyabinsk yang meledak pada ketinggian 23,3 kilometer. Dampak ledakan ini begitu destruktif, ratusan kilometer bangunan di sekitar titik ledakan rusak terutama kaca jendela pecah, sekitar 1.200 warga terluka meski tak ada laporan korban jiwa. Sementara tinggi ledakan meteor Laut Bering adalah 25,6 kilometer tapi tak ada laporan dampak destruktifnya. (ali)