Melimpahnya Minyak Sawit jadi Ancaman, Begini Solusi BPPT

Buruh memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di areal perkebunan sawit
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Jojon

VIVA – Indonesia berpotensi memiliki hasil minyak sawit yang melimpah pada 2025. Hal ini tentu menjadi sesuatu yang membanggakan, namun di sisi lain menimbulkan tantangan yakni over supply atau kelebihan pasokan. Pada 2030, menurut perkiraan akan ada ancaman blokir total produk kelapa sawit di Eropa dan Amerika Serikat.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hammam Riza mengatakan, industri kelapa sawit memekerjakan 5,3 juta petani dan menghidupkan 17 juta jiwa. Oleh sebab itu, menurutnya, pemangku kepentingan harus memberikan perlindungan kepada mereka.

"Kita harus mendorong diversifikasi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) berbasis minyak sawit yang ramah lingkungan. Terobosan ini sekaligus mengurangi impor, untuk memperbaiki neraca perdagangan," ujarnya Jakarta, Selasa malam 16 Juli 2019.

Perlu diketahui, setiap tahun penggunaan BBM mengalami peningkatan. Impor BBM merupakan penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan 2018, sebesar US$8,5 miliar. Sehingga harus ada upaya mengurangi impor BBM, dengan bahan bakar nabati atau green fuel.

Produksi crude palm oil (CPO) saat ini sudah mencapai 44 juta ton dari lahan seluas 14 juta hektare. Pada 2025 berpotensi mencapai 51,7 juta ton. Penelitian dan pengembangan sumber daya manusia juga telah melakukan perhitungan, B30 bisa mengurangi impor solar sembilan juta kilo liter, bisa menghemat Rp70 triliun.

"BPPT siap bersinergi dan berkontribusi pada bahan bakar nabati dari sawit dan minyak inti sawit dengan berbagai stakeholder. Kami juga sedang menyiapkan teknologi sawit menjadi bio crude oil, harapannya bisa lebih murah dari minyak mentah," katanya.

Lembaga ini berusaha mencari solusi dari sulitnya penjualan minyak sawit, baik dari sisi teknologi maupun kebijakan. BPPT ingin bagaimana caranya supaya CPO bisa termanfaatkan dengan baik, dan bisa mengurangi impor BBM. (ren)