Hai Petani, Indonesia Siap Tempur Lawan Fall Armyworm

Ulat Grayak Jagung ((Spodoptera frugiperda)
Sumber :
  • Twitter/@FAOIndonesia

VIVA – Fall Armyworm atau Ulat Grayak Jagung berpotensi merepotkan pertanian di Indonesia. Ulat Grayak Jagung merupakan serangga hama yang dapat menyerang, merusak atau menghancurkan  jagung dan tanaman lainnya hanya dalam semalam. Ulat Grayak Jagung mampu bermigrasi ratusan kilometer dan menjadi peringatan bagi petani kecil yang mana mata pencahariannya bisa terancam. 

Namun demikian Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menegaskan kerusakan yang diakibatkan oleh Ulat Grayak Jagung dapat dikurangi. Kementerian Pertanian telah menghimpun informasi tentang kerugian dari tanaman yang terinfeksi oleh hama tersebut.Direktorat Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian mengimbau semua provinsi untuk waspada terhadap Ulat Grayak jenis baru (Spodoptera frugiperda). 

Di lapangan, petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) meningkatkan kesadaran petani di daerah yang terkena dampak, dan bersama-sama mereka memantau tanaman yang terserang.

“Kami memantau dengan saksama pergerakan Fall Armyworm di Indonesia. Petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) kami telah bekerja di lapangan bersama penyuluh untuk memberi saran kepada petani tentang cara melindungi tanaman dan mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh serangan ini," ujar  Direktur Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian, Edy Purnawan dalam keterangannya, Rabu 17 Juli 2019.

Dia mengatakan, institusinya mengantisipasi serangan Fall Armyworm akan menginfeksi tanaman jagung di seluruh Indonesia dalam beberapa bulan mendatang.

Fall Armyworm terbang ke Indonesia, dan akan menetap dan terus berkembang biak. Fall Armyworm pertama kali terdeteksi di Indonesia pada Maret 2019 di Provinsi Sumatra Barat. Dalam waktu 4 bulan, hama telah menyebar ke 12 provinsi di Indonesia yaitu di provinsi di Sumatra, Jawa dan beberapa bagian Kalimantan. 

Fall Armyworm merupakan hama tanaman asli Amerika. Namun, sejak 2016 telah bergerak agresif ke arah timur, menyapu Afrika, dan mendarat pertama kali di Asia pada pertengahan 2018 di India dan pada Januari tahun ini. Sejak itu menyebar ke Bangladesh, Cina, Myanmar, Sri Lanka, Thailand sebelum tiba di Indonesia.

Dalam kasus Sri Lanka, ada laporan hingga 40.000 hektare telah diserang, merusak sekitar 20 persen dari tanamannya. Sedangkan Cina merupakan produsen jagung terbesar di Asia, dan produsen terbesar kedua di dunia.

Sementara kerugian ekonomi di sana dan di negara-negara Asia lainnya belum dihitung, perkiraan kerusakan ekonomi dari hama di Afrika berkisar antara US$1-3 miliar.

Antisipasi Indonesia

Menanggapi serangan Fall Armyworm yang tiba-tiba di Asia, FAO telah mengadakan pertemuan dengan para pejabat dari berbagai negara di seluruh wilayah pada Maret dan membawa para pakar yang telah menangani hama di Afrika dan Amerika Latin. Langkah ini sekaligus mempelajari cara-cara untuk membatasi kerusakannya.

Di Indonesia, FAO mendukung pemerintah untuk menanggapi wabah dan mencari strategi tepat untuk merespons serangan dengan mengerahkan sumber daya secara optimal. 

“Pemerintah akan mengorganisir lokakarya nasional bekerja sama dengan FAO pada akhir Juli untuk menyepakati tindakan multipihak paling efektif untuk menanggapi serangan ini. Kami memanfaatkan pelajaran dari negara-negara lain ketika menanggapi serangan di negara mereka sendiri sebagai praktik terbaik untuk memperlambat penyebaran dan membatasi kerusakan," kata Perwakilan FAO di Indonesia, Stephen Rudgard.

Setelah serangan hama terverifikasi dengan baik, pemerintah akan memperkuat upaya untuk terus meningkatkan kesadaran dan memantau keberadaan dan penyebaran Fall Armyworm pada jagung dan tanaman lainnya.

Pakai tawon parasit 

FAO telah bekerja dengan otoritas terkait untuk memprakarsai program kesadaran yang menginformasikan dan melatih petani tentang teknik pengelolaan hama terpadu yang akan bermanfaat sekali untuk mengendalikan Ulat Grayak baru. Terrmasuk di dalamnya mengidentifikasi musuh alami dari Fall Armyworm, meningkatkan kontrol biologis alami dan kontrol mekanis, seperti menghancurkan massa telur dan menggunakan penggunaan biopestisida.

Indonesia memiliki banyak musuh alami hama ini untuk mengurangi kerugian. Satu studi dari Ethiopia menemukan satu parasit tawon telah membunuh hampir setengah dari populasi hama dalam waktu dua tahun sejak kedatangan Fall Armyworm di negara tersebut.

Penggunaan pestisida kimia perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati, mengingat ulat hama terlindung dari semprotan karena mereka bersembunyi jauh di dalam dedaunan tanaman, dan juga pestisida semacam itu dapat memiliki efek negatif pada musuh alami dan kesehatan petani.

Jika langkah-langkah efektif diberlakukan, efek negatif dari Fall Armyworm dapat dikurangi dengan populasi dipertahankan pada level yang cukup rendah untuk membatasi kerusakan ekonomi dan mata pencaharian petani.