Perjuangan Timnas Indonesia Saat Berada di Ujung Tanduk

Timnas Indonesia di Piala AFF 2016
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA.co.id – Tim nasional Indonesia akan menjalani pertandingan pamungkas di Grup A Piala AFF 2016 melawan Singapura di Rizal Memorial Stadium, Jumat 25 November 2016. Langkah Skuat Garuda sejauh ini tak mulus. Mereka belum sekali pun mampu memetik kemenangan.

Di dua pertandingan sebelumnya, Indonesia kalah melawan 2-4 melawan Thailand. Berikutnya mereka ditahan imbang 2-2 oleh tuan rumah Filipina. Kesempatan memetik poin penuh di pertandingan kedua terbuang sia-sia karena gawang yang dijaga Kurnia Meiga Hermansyah dibobol pada menit ke-82.

Dengan raihan satu poin, tim besutan Alfred Riedl mesti mampu menang atas Singapura. Namun bukan berarti mereka bisa merebut tiket ke semifinal dengan status runner up Grup A. Karena jika Filipina bisa mengalahkan Thailand maka perjuangan Boaz Solossa dan kawan-kawan menjadi sia-sia.

"Ini adalah kesempatan terakhir kami. Kami akan berikan segalanya dan setelah itu semua tergantung Thailand dan apa hasil mereka melawan Filipina. Kalau mereka (Thailand) menang dan kami menang, semuanya mungkin," ujar gelandang timnas Indonesia, Stefano Lilipaly dilansir affsuzukicup.com.

Melawan Singapura juga bukanlah sebuah perkara mudah. Skuat asuhan Varadaraju Sundramoorthy sudah membuktikan ketangguhannya dengan menahan imbang Filipina dengan skor 0-0. Thailand pun mereka buat frustrasi karena baru bisa mencetak gol kemenangan pada menit ke-89.

Tim berjuluk The Lions sendiri masih memiliki peluang yang sama dengan Indonesia untuk lolos ke semifinal. Mereka menganggap pertandingan nanti ibarat sebuah penentuan hidup-mati. Sang pelatih bahkan berani menyatakan ancaman kepada Skuat Garuda.

"Saya sudah menganalisa Indonesia. Saya akan melihat kelemahan mereka dan coba mengeksploitasinya. Kami tahu kekuatan mereka dan kami sudah punya rencana," ujar Sundram, seperti dikutip dari Goal Singapura.

Timnas Indonesia Masih Banyak Kelemahan

Mentas di ajang Piala AFF, Indonesia dianggap masih banyak kelemahan. dari dua pertandingan sebelumnya, gawang Skuat Garuda kebobolan melalui kesalahan dalam mengantisipasi serangan lawan. Duet Rudolof Yanto Basna dan Fahcruddin Aryanto pun mendapat sorotan.

Pada pertandingan melawan Thailand misalnya, gol pertama yang dicetak Peerapat Notchaiya pada menit kelima karena kesalahan yang dilakukan Yanto Basna. Pemain asal klub Persib Bandung tersebut tidak cermat saat membuang bola yang justru jatuh di kaki lawan.

Kesalahan kedua terjadi saat Indonesia sedang memimpin 2-1 melawan Filipina. Pelanggaran yang dilakukan Zulham Zamrun berbuah gol melalui tendangan bebas yang dieksekusi dengan sangat baik oleh Philip James Younghusband. Padahal ketika itu posisi pemain lawan masih belum membahayakan gawang Meiga.

"Melawan Singapura, Indonesia harus konsentrasi dan lebih fokus lagi. Jangan banyak melakukan kesalahan dengan pelanggaran yang tidak perlu di area pertahanan," kata Nilmaizar kepada VIVA.co.id. 

Hal senada juga diungkapkan oleh mantan striker timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto. Dia berharap, pelanggaran tak perlu jangan dilakukan lagi. Dan melawan Singapura nanti, Riedl diminta untuk menginstruksikan anak asuhnya untuk melancarkan permainan menyerang total.

"Tidak ada pilihan lain harus full attacking. Tapi tetap, lini belakang jangan sampai lengah. Karena gol-gol yang terjadi di gawang kita lebih banyak dikarenakan kesalahan dari kita sendiri," ujar pencatat 31 gol dalam 60 caps bersama Timnas Indonesia tersebut.

Lini tengah Indonesia dalam dua pertandingan lalu juga terlihat belum maksimal. Terlebih saat berhadapan dengan Filipina. Duet Evan Dimas Darmono dan Lilipaly terlihat jelas kesulitan ketika bertugas sebagai penyaring utama serangan yang dibangun lawan.

Alhasil, setiap The Azkals melancarkan serangan selalu langsung berhadapan dengan pemain bertahan Indonesia. Hal itu juga turut menguras fisik kedua gelandang. Ketika pertandingan memasuki menit akhir, permainan mereka sulit untuk berkembang.

Solid dalam Bertahan dan Punya Fisik Kuat

Permainan bertahan yang diterapkan Singapura dalam dua pertandingan terdahulu terbilang sukses membuat lawan mereka frustrasi. Pelatih Filipina, Thomas Dooley seusai pertandingan bahkan menyebut The Lions bermain dengan skema parkir bus.

Namun kapten Singapura, Harris Harun menolak jika permainan timnya dinilai negatif. Baginya, saat melawan Thailand adalah pembuktian jika mereka mampu memberi ancaman ke gawang lawan melalui serangan balik cepat. "Itu berbanding terbalik dengan kritikan publik yang dialamatkan kepada kami," katanya.

Dengan menerapkan skema compact defense, lini pertahanan Singapura yang dikomandoi Madhu Mohana dan Daniel Bennett sulit diterobos pemain depan lawan. Kedua pemain tersebut juga tangguh dan memiliki tinggi tubuh yang ideal untuk mengantisipasi serangan melalui bola-bola udara.

Namun Riedl rupanya sudah menyiapkan strategi yang cocok untuk membongkar rapatnya pertahanan Singapura. Dalam sesi latihan di Rizal Memorial Stadium, juru taktik asal Austria itu menginstruksikan anak asuhnya untuk mencoba melakukan penetrasi ke kotak penalti.

"Singapura bermain dengan cara yang sangat berbeda dengan tim lain, banyak menumpuk di belakang dan menunggu kesempatan melakukan serangan balik. Semua bisa terjadi di sepakbola, mereka dan kami butuh menang. Jadi kami mengharapkan pertandingan terbuka. Sudah pasti kami siap," ungkap Riedl.

Kelebihan The Lions lainnya adalah ketahanan fisik yang luar biasa. Terbukti mereka mampu meladeni gaya menyerang lawan-lawannya dengan sangat baik. Gol Thailand pun terjadi ketika pertandingan sampai di penghujung dan juga karena pergerakan baik dari Sarawut Masuk.

Melihat kondisi fisik para pemain Singapura seperti itu memanglah wajar. Karena di kompetisi lokal, para pemain dituntut memiliki fisik yang prima, karena ada standar VO2 Max yang mesti dipenuhi. "Kalau di Singapura itu minimal (VO2 Max) 56,1. Kalau di bawah itu tidak masuk," tutur dokter timnas Indonesia, Syarif Alwi.

Skuat Garuda Dihantui Rekor Buruk

Jelang laga nanti, Indonesia patut waspada. Karena dalam satu dekade terakhir kerap dihantui rekor buruk saat bentrok dengan Singapura. Sejak Piala AFF 1998, di mana masih bernama Tiger Cup, sampai terakhir kali pada 2012, Indonesia sudah bertemu Singapura sebanyak tujuh kali.

Dari tujuh pertemuan, Indonesia hanya menang dua kali, dua imbang, dan tiga kali kalah. Namun kali ini Skuat Garuda memiliki bekal positif. Andik Vermansyah yang bermain di Liga Malaysia dalam beberapa pertandingan bertemu dengan pemain Singapura saat ini, termasuk dengan Harris dan Safuwan Baharudin.

"Saya sudah berbicara pada pelatih soal pemain-pemain itu. Kalau mereka mengungkapkan soal saya kepada pelatih mereka, itu bukan masalah. Kami masih punya banyak pemain bagus lainnya," ungkap pemain yang merumput bersama Selangor FA tersebut.

Masalah lain yang menimpa Indonesia adalah badai cedera. Diketahui saat ini Lilipaly mengalami masalah pada engkelnya dan Rizki Rizaldi Pora cedera dibagian tulang belakang. Kedua pemain mendapatkannya saat berhadapan dengan Filipina.

Tak ingin mengambil risiko, Riedl pun mulai mencari jalan keluar. Dia mengaku sudah menyiapkan pengganti kedua pemain tersebut. "Saya sudah siapkan pemain pengganti, andai mereka tak bisa tampil. Kami harus lebih fokus di laga nanti dan berharap pemain tampil lepas," katanya.

Dengan segala kekurangan dan masalah yang dihadapi, Skuat Garuda masih mendapatkan dukungan dari publik Tanah Air. Mereka diharap mampu memberi kejutan saat bermain di Rizal Memorial Stadium. Di tempat itulah, pada 25 tahun lalu Indonesia mengukir kisah masin dengan sukses merebut medali emas SEA Games 1991.

Hasil Indonesia Vs Singapura di Piala AFF

3 September 1998   Indonesia 2-1 Singapura

7 Desember 2004   Indonesia 0-0 Singapura 

8 Januari 2005   Indonesia 1-3 Singapura

16 Januari 2005   Indonesia 1-2 Singapura

17 Januari 2007   Indonesia 2-2 Singapura

9 Desember 2008   Indonesia 0-2 Singapura

28 November 2012   Indonesia 1-0 Singapura