Parang, Salah Satu Motif Batik Tertua di Indonesia

Miss Grand Malaysia 2018, Debra Jeanne Poh.
Sumber :
  • Instagram Debra Jeanne Poh

VIVA – Kegaduhan yang terjadi di dunia maya akibat finalis Miss Grand Internasional 2018 asal Malaysia, Debra Jeanne Poh memakai busana Batik motif Parang baru-baru ini masih menjadi buah bibir warganet.

Banyak warganet Indonesia yang marah dan mempertanyakan mengapa Debra harus mengenakan Batik yang jelas-jelas berasal dari Indonesia di sebuah ajang internasional, di mana ia harus mempromosikan negaranya. Padahal sudah sejak 2009 lalu, Batik ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia.

Masalah ini pun membawa warganet untuk menggali informasi mengenai sejarah Batik Parang. Dihimpun dari berbagai sumber, Parang merupakan salah satu dari empat motif Batik klasik atau yang paling tua di Indonesia.

Berasal dari kata 'pereng' yang berarti 'lereng', perengan menggambarkan garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal dalam Batik Parang.

"Batik pakem adalah motif batik klasik yang mempunyai makna filosofi pada setiap motifnya," demikian dikutip dari buku berjudul Batik Tulis Tradisional Kauman Solo.

Tentu saja Batik Parang pun memiliki filosofi dan makna yang mendalam. Susunan motif S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudera yang menggambarkan semangat yang tidak pernah padam.

Kasubdit Warisan Budaya Takbenda Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Lien Dwiari Ratnawati mengatakan, Batik Parang merupakan Batik asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman keraton Mataram Kartasura (Solo). Motif ini kemudian diturunkan ke Yogyakarta dan Solo.

"Kalau Solo disebutnya sogan karena memakai warna alam, warna tanah yang kecoklatan. Kalau Yogya disebutnya latar putih. Jadi motifnya sama, tapi dasarnya putih," ujar Lien saat dihubungi VIVA, Selasa, 16 Oktober 2018.

Makna lain dari Batik Parang adalah petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik Parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, naik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga.

Garis diagonal lurus melambangkan penghormatan dan cita-cita, serta kesetiaan kepada nilai yang sebenarnya. Dinamika dalam pola parang ini juga disebut ketangkasan, kewaspadaan, dan kontituinitas antara pekerja dengan pekerja lain.

Batik parang juga terdiri dari beberapa jenis, mulai dari Parang Rusak, Barong, Klitik hingga Slobog. (je)