Hati-hati Frailty Syndrome Saat Usia Menua

Ilustrasi wanita.
Sumber :
  • Pixabay/Lisa Runnels

VIVA – Setiap manusia pasti mengalami penuaan atau yang populer disebut aging. Tak hanya soal kulit menjadi keriput, aging juga memengaruhi penurunan fungsi organ-organ di dalam tubuh. Tak heran, ketika usia lanjut banyak yang mengalami penyakit tidak menular seperti jantung dan stroke.

Selain itu, aging juga selalu disertai dengan frailty syndrome. Menurut Andi Wijaya, pendiri Prodia, frailty syndrome ditandai dengan penurunan berat badan dan kurang gizi karena tidak suka makan, otot melemah yang tidak kuat lagi mengangkat beban berat, sarcopenia atau mudah jatuh, osteoporosis, patah tulang karena mudah jatuh, malnutrisi, anemia, tidak bisa menahan buang air kecil dan penurunan kognitif.

"Frailty syndrome disebabkan adanya proses inflamasi. Yang paling parah terjadinya pikun," ujar Andi saat acara Prodia Scientific Day di Prodia Tower, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2019.

Pada orangtua, banyak terjadi inflamasi atau disebut juga dengan inflamaging. Kondisi ini menyebabkan terjadinya berbagai penyakit terutama penyakit degeneratif. Seringkali, penanganan pada masalah aging ini fokus pada satu per satu kondisi kesehatan seperti sarcopenia saja, padahal menurut Andi yang efektif adalah menangani inflamaging.

"Sekarang tidak dipakai lagi istilah anti-aging karena dikaitkan dengan kecantikan, kulit yang mulus. Namun, digunakan geroscience, yang mempelajari proses aging agar bisa dibenahi," lanjut Andi.

Sudah ada beberapa bukti di berbagai jurnal penelitian yang mengatakan bahwa kita harus lebih membenahi proses aging daripada mengobati satu per satu penyakit. Dengan membenahi proses aging, kita bisa meremajakan kembali proses aging. (ldp)