Perusahaan China Beri Pegawai Wanita Lajang Libur Ekstra saat Imlek

Ilustrasi pegawai wanita.
Sumber :
  • Pixabay/rawpixel

VIVA – Dua perusahaan di provinsi Zheijiang, China memberi waktu libur ekstra bagi pegawai wanita yang sudah berusia 30 tahun lebih. Tujuannya, agar mereka bisa mencari pasangan di Tahun Baru China ini.

Menurut South China Morning Post, dalam pengumuman yang dikeluarkan baru-baru ini, Manajemen Hangzhou Songcheng Performance dan Hangzhou Songcheng Tourism menghadiahkan para pegawai wanita berusia di atas 30 tahun yang belum menikah, delapan hari libur tambahan sebagai 'cuti kencan'. Libur ini lebih panjang satu hari dari waktu libur biasa selama tujuh hari.

Eksperimen yang terinspirasi dari kebijakan sebuah sekolah menengah yang memberikan para guru yang masih lajang dan tidak punya anak dua hari 'cuti cinta' setiap bulannya awal tahun ini, dibuat untuk meningkatkan semangat para pegawai perempuan, dan karena itu bisa meningkatkan produktivitas.

Dikutip dari laman NextShark, dua perusahaan yang mengoperasikan destinasi wisata populer Song Dynasty Town di Hangzhou ini mengumumkan adanya cuti kencan agar para pegawai mereka yang wanita punya lebih banyak peluang berinteraksi dengan lawan jenisnya. Menurut manajer HRD Hangzhou Songcheng Performance Huang Lei, keputusan ini mendapat sambutan hangat dari para pegawai.

Dia mengatakan bahwa rasio pegawai pria dan wanita di perusahaan kami hampir sama. Tapi, pegawai wanita kebanyakan bekerja di departemen fungsional internal dan beberapa adalah penampil di pertunjukan.

"Beberapa pegawai wanita memiliki kontak sedikit dengan dunia luar. Karena itu, kami  memberikan hari libur lebih untuk staf wanita, untuk memberi mereka lebih banyak waktu dan kesempatan berkontak dengan lawan jenis," tutur Huang.

Di China, wanita lajang di atas usia 30 tahun biasanya dianggap sebagai 'wanita sisa'. Mereka mendapat stigma yang berat karena kepercayaan kuno bahwa wanita tidak menikah lewat dari usia 20-an kurang diminati para pria.

Ini adalah pola pikir tradisional yang mendapat banyak kritikkan karena seiring dengan tren para wanita ingin lebih membangun karier profesional yang sukses. Kementerian Urusan Sipil China mencatat lebih dari 200 juta dewasa lajang pada tahun 2015, dan angka pernikahan menurun setiap tahun sejak 2013.