Gerakan Anti Pacaran di Depok Dinilai Berpotensi Picu Konflik

Ilustrasi pasangan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/StockSnap

VIVA – Universitas Indonesia (UI) belum lama ini berhasil mengungkap adanya gerakan sepihak dari sekelompok orang yang menyasar pasangan muda-mudi berpacaran. Kelompok itu bahkan disebut-sebut telah melakukan aksi sweeping di Kota Depok, Jawa Barat.

Hal itu itu diungkapkan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UI, Reni Sumarso. Gerakan itu, kata Reni, terungkap dari hasil survei yang dilakukan pihaknya belum lama ini, terkait potensi konflik agama di kota tersebut.  

“Salah satu survei kami ditemukan ada gerakan kecil namanya Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran. Yang melakukan survei itu anak-anak mahasiswa UI yang turun langsung ke lapangan,” katanya di Depok, Kamis, 11 April 2019

Menurut Reni, gerakan ini cukup mengkhawatirkan karena telah beberapa kali melakukan sweeping sepihak, baik secara langsung maupun melalui dunia maya.

Sweeping online misalnya di Facebook, mereka mencari yang pacaran atau posting pasangan berdua, terus di-chat dan dikasih tahu kalau itu haram, kemudian disuruh nikah dan disiapkan segala sesuatunya bahkan hotelnya,” ujar Reni.

Menurut fakta-fakta yang ditemukan, mereka yang tertangkap sweeping akan disuruh menikah siri alias menikah secara agama.

“Tidak sah secara hukum, karena tidak ada buku nikah hanya menurut agama saja,” ucapnya.

Selain secara online, kelompok ini juga pernah melakukan aksi sweeping secara langsung. Salah satunya di sebuah kafe di kawasan Jalan Margonda, Depok.

“Di kafe pernah juga di-sweeping. Jadi ada jam 10 malam lagi di kafe di Margonda ada sepasang anak muda-mudi tiba-tiba didatangi oleh gerakan ini. Mereka bilang tak pantas berduaan karena cenderung maksiat, sudah kamu nikah saja. Kita siapkan penghulu. Langsung nikah aja. Mereka menggunakan dalil-dalil agama,” jelasnya

Kelompok ini, lanjut Reni, kerap menggunakan dalil agama untuk melancarkan aksinya. Terkait hal itu, Reni pun mengaku telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Depok.

“Mereka selalu menyebut bukan muhrim, lebih baik nikah saja. Biasanya mereka sweeping bergerombol. Nah, gerakan seperti ini bisa memicu konflik jika tidak segera diatasi,” ucapnya.