Pembatik Cilik Difabel dari Bekasi Curi Perhatian Presiden di Inacraft

Pembatik Cilik
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Keterbatasan fisik bukan menjadi halangan bagi setiap orang untuk bekerja dan berkarya. Hal ini juga diterapkan oleh Zahwa Rahmawati, penyandang disabilitas tunarungu yang menekuni usaha membatik sejak setahun lalu.

Meski baru duduk di bangku kelas 1 SMP, tetapi kemampuannya dalam membatik tidak kalah dengan pembatik lainnya. Dia begitu lihai menggoreskan canting ke lembaran kain putih sesuai pola rangkaian bambu yang sudah dibentuk sebelumnya. Jarinya juga begitu luwes mencelupkan lilin yang dipanaskan dalam sebuah tungku api dan menorehkannya pada lembar kain putih di depannya. 

Gadis berusia 13 tahun ini bisa duduk seharian penuh menggambar motif batik di rumahnya yang berada di Kota Bekasi. Selain di rumahnya, Zahwa juga sesekali bolak-balik melakukan aktivitas mencanting di Koperasi Kombas (Komunitas Batik) yang merupakan produsen asli batik Kota Bekasi.

Meski belum sepopuler daerah pembatik lainnya, batik khas Bekasi memiliki corak yang khas dengan warna cenderung cerah. Setidaknya, saat ini ada 12 pakem batik khas Kota Patriot tersebut. Beberapa motif yang cukup banyak peminatnya antara lain motif bambu, teratai, ikan, rumah adat, golok, hingga Gedung Juang. Proses pembuatan Batik Bekasi juga tak berbeda dengan daerah lain.

"Zahwa ini kan ikut komunitas Kombas, ada beberapa pembatik lainnya yang difabel. Kebetulan pemerintah Kota Bekasi sangat mendukung, respons pasarnya juga bagus. Sejauh ini cukup laris. Ada yang pesan sampai ribuan lembar," kata Sri Sunarti, Pengurus Kombas yang juga guru membatik Zahwa seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima VIVA.

Menurutnya, sebelum mahir membatik seperti sekarang ini, Zahwa sempat menggeluti pelatihan membatik selama beberapa bulan. Dirinya membebaskan Zahwa membuat motif sesuai inisiatifnya sendiri. Beberapa motif anyar bisa dikreasikan Zahwa dari pakem-pakem motif batik khas Bekasi.

Zahwa sendiri satu dari sekian banyak pembatik difabel yang berkarya di Kombas. Batik-batik goresan tangan anak-anak muda ini ditampung dalam koperasi dan dipasarkan secara komunal baik secara online maupun penjualan langsung di toko yang sekaligus jadi workshop yang berada di salah satu ruko di Bekasi Town Square.

"Melalui Rumah Kreatif BUMN, BNI telah memberikan bantuan. Untuk promosi batik Bekasi sangat terbantu karena bisa beberapa kali ikut pameran-pameran UMKM dari BNI," ungkap Sri.

Zahwa bersama difabel lainnya yang juga penyandang tunarungu Fairuz, berkolaborasi dengan Akeylanaraya Alyandina atau Akey (9) yang merupakan desainer cilik. Hasil kolaborasinya bisa dilihat di Pameran Kerajinan terbesar di Indonesia saat ini, yaitu INACRAFT. Zahwa, Akey, dan sang ibu diketahui  aktif sebagai anggota Rumah Kreatif BUMN (RKB) Binaan BNI di Bekasi, Jawa Barat. Sebagai mitra RKB BNI ini pula lah yang membawanya beruntung berjumpa dengan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo pada pembukaan INACRAFT 2019.

Di sisi lain, ibunda Zahwa Yati Rusmiati menjelaskan bahwa batik hasil cantingan Zahwa ini sudah banyak dipakai di Bekasi, terutama pegawai-pegawai Pemkot Bekasi. 

"Pasarnya masih di sekitar Bekasi, sudah banyak pesanan dari beberapa pihak," ujar dia.

Batik tulis karya Zahwa sendiri dijual bervariasi, tergantung tingkat kesulitan motif, dari mulai Rp80.000 hingga Rp100.000 per meternya.