Sampah di Indonesia Meningkat di Ramadan Akibat Konsumsi Berlebihan

Dr Bekim mengatakan mengkonsumi makanan enak tidak dilarang Islam, asalkan tidak berlebihan.
Sumber :
  • abc

Saat umat Muslim di seluruh dunia bergembira menyambut datangnya bulan Ramadan, seorang imam di Australia mengatakan, ada kekhawatiran jika makna bulan puasa bergeser dari bulan puasa atau fasting, menjadi feasting atau bulan berpesta.

Konsumsi di Bulan Ramadan

- Dilaporkan banyak Muslim malah mengalami berat badan naik karena kebanyakan makan dan konsumsi berlebihan

- Seorang imam di Melbourne mengajak umat Muslim untuk fokus pada tujuan spiritual di bulan suci

- Pengamat lingkungan khawatir dengan meningkatnya sampah dari sisa makanan saat Ramadan

Dr Bekim Hasani dari Komunitas Islam Albania di Australia mengatakan, masih banyak di antara umat Muslim yang terlalu terfokus pada apa yang harus mereka makan untuk berbuka puasa, siapa yang harus diundang ke buka puasa bersama, hingga memilih restoran untuk berbuka puasa bersama.

"Sayangnya, banyak juga diantara umat Muslim yang berat badannya naik, bukannya pahala di bulan suci ini," ujarnya Dr Bekim yang juga imam di sebuah masjid di kawasan Carlton, Melbourne.

Menurut Dr Bekim, meski tidak ada larangan untuk makan yang enak, terlalu memanjakan diri dengan makanan dan gaya hidup berlebihan dilarang dalam Alquran.

Imam Bekim Hasani dari Masjid Albania di Melbourne mengatakan umat Muslim sebaiknya menjauhi konsumsi berlebihan di bulan Ramadan.

ABC News: Erwin Renaldi

Budaya menjadi salah satu penyebab mengapa banyak umat Muslim mengonsumsi makanan berlebihan di bulan puasa.

Menjadi sebuah praktik yang biasa dan banyak dilakukan di antara umat Muslim untuk menikmati dan berbagi makanan bersama keluarga dan teman-teman, tetapi menurut Dr Bekim, mereka "cenderung masak dan mengonsumsi berlebihan."

Ramadan di Makkah Ramadan di Makkah

Suasana berbuka puasa di dalam Masjid Nabawi, kota Madinah.

Foto: ABC News, Erwin Renaldi

Pengalaman spiritual menghabiskan 10 malam terakhir di Ramadan di Makkah dan Madinah.

Indonesia adalah salah satu negara dengan penghasil sampah makanan terbesar di dunia, menurut sebuah lembaga internasional. Tahun lalu, Pusat Makanan dan Nutrisi Barilla mencatat, Indonesia membuang sampah makanan terbesar kedua dengan jumlah mencapai 300 kilogram per orang per tahun.

Data yang juga dimuat oleh The Economist Intelligence Unit ini mencatat Arab Saudi di posisi pertama dengan jumlah sampah makanan mencapai 247 kilogram per orang per tahun, dan Amerika Serikat di posisi ketiga dengan jumlah 277 kilogram.

Indonesia dan Arab Saudi adalah dua negara yang paling banyak membuang makanan, Barilla Centre for Food and Nutrition.

ABC News: Jarrod Fankhauser

Sementara Parongpong Waste Management, sebuah pusat daur ulang di Jawa Barat mengatakan kepada ABC, jika data yang mereka peroleh menunjukkan di Jakarta sendiri ada tambahan 200 ton sampah dalam sebulan saat Ramadan.

"Ini sangat mengkhawatirkan, karena di luar bulan Ramadan saja, Indonesia sudah menjadi salah satu pembuang makanan terbesar di dunia," kata Gadis Prameswari, salah satu pendiri Parongpong Waste Management.

Menurutnya, kebanyakan sampah adalah gabungan dari makanan yang tidak habis serta kemasan makanan.

"Dari pengamatan kita sampah-sampah ini berasal dari sejumlah pusat perbelanjaan dan restoran karena orang-orang yang memesan terlalu banyak, tapi tak bisa menghabiskannya."

Sayangnya, Gadis mengatakan, Indonesia saat ini belum terlalu banyak peduli soal ini, khususnya di bulan Ramadan, yang hanya terfokus pada pembersihan sampah di jalanan.

"Kita berharap pemerintah bisa mengelola sampah dengan lebih baik baik, karena sebenarnya ada potensi sebagai kompos atau pakan ternak dari sisa makanan ini," jelasnya.

Banyak restoran dan hotel di negara-negara Muslim menawarkan paket berbuka puasa selama Ramadan.

Flickr: CC / pinayflyinghigh

Dr Bekim mengajak agar umat Muslim tidak melupakan hikmah utama di bulan Ramadan, yakni untuk merasakan lapar dan mencoba berada di posisi mereka yang hidupnya sulit dan selalu dalam keadaan lapar. Ia juga mengajak seluruh umat Muslim untuk kembali meluruskan tujuan mereka di bulan Ramadan.

"Persiapannya seharusnya adalah lebih banyak beribadah, lebih banyak menolong orang lain, atau salat malam baik sendiri atau berjamaah di masjid."

Puasa pertama di Australia jatuh pada hari Senin, 6 Mei 2019, sesuai dengan keputusan Dewan Imam Nasional dan ada beberapa yang baru menjalankannya sehari kemudian, terutama dari mereka yang mengikuti metode pengamatan bulan.

Simak berita-berita seputar Ramadan dari Australia lainnya, hanya di ABC Indonesia.