Pasca Lebaran, Angka Pengangguran di Jakarta Terancam Meningkat

Ilustrasi mudik lebaran
Sumber :
  • VIVA/Edwin Firdaus

VIVA – Labor Institut Indonesia atau Institut Kebijakan Alternatif Perburuhan Indonesia berpendapat bahwa pasca perayaan Idul Fitri 1440 H ini para pendatang baru yang akan mencari pekerjaan dan mengadu nasib ke Jakarta akan semakin banyak. Hal ini tentu menjadikan ancaman pengangguran yang kian meninggi di Ibukota.

Menurut rilis yang diterima VIVA, Senin, 10 Juni 2019, mereka memprediksi kurang lebih 500 ribu pendatang baru berbondong-bondong masuk ke Jakarta, dengan mengikuti sanak saudaranya ketika arus balik Hari Raya Lebaran tersebut. Prediksi pendatang baru itu didapat dari beberapa kawasan industri di Jakarta, di mana diketahui kurang lebih 1 juta pekerja formal yang mudik Lebaran tahun ini.

Dari jumlah tersebut, sekitar 50 persen dari mereka akan membawa sanak saudara atau teman-temannya di kampung ke Jakarta. Ini merupakan imbas dari kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan membuka pintu selebar-lebarnya bagi pendatang baru masuk ke Jakarta.

Tak hanya itu, alasan lain semakin meningkatnya pendatang bisa disebabkan oleh banyaknya pembukaan lahan baru, seperti pembangunan perumahan dan apartemen di Jakarta yang semakin besar. Akan tetapi, para pendatang baru tersebut akan menimbulkan ancaman baru bagi Jakarta, yaitu meningkatnya tingkat pengangguran, karena para pendatang baru tersebut masuk ke Jakarta tanpa dibekali dengan keterampilan dan keahlian yang cukup untuk mencari pekerjaan yang sesuai.

Meningkatnya angka pengangguran di Jakarta akan menimbulkan masalah sosial dan kerawanan sosial. Masalah sosial adalah tidak mempunyai tempat tinggal, sehingga nantinya muncul lebih banyak pemukiman ilegal, seperti bedeng misalnya, kemudian semakin menjamurnya pedagang kaki lima, pekerja informal (petugas parkir gadungan) dan kerawanan sosial seperti peningkatan kriminalitas dan tawuran.

Labor Institute Indonesia lantas mengusulkan kepada Gubernur DKI Jakarta untuk dapat melakukan operasi yustisia untuk mendata para pendatang baru tersebut.

“Paling tidak men-check surat pengantar atau surat pindah dari daerah asal, agar dapat didata dan bila perlu segera dapat dilatih dan disalurkan ke tempat kerja yang tersedia agar para pendatang tersebut tidak menimbulkan masalah baru bagi ibu kota ini," ujar Sekretaris Eksekutif Labor Institute Indonesia, Andy William Sinaga.