Indonesia Runner-up Kontributor Sampah Plastik, Cek Bahayanya

Ilustrasi sampah plastik
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

VIVA – Sampah plastik sudah jadi masalah global. Mirisnya, Indonesia jadi kontributor kedua terbesar sampah plastik di dunia. Itu berdasarkan riset yang dilakukan Profesor Jambeck dari Universitas Georgia.

Kalau menurut World Atlas, Indonesia jadi negara ke-4 pengguna botol plastik terbanyak di dunia. Tercatat, penggunaan botol plastik di negara ini sudah menembus angka 4,82 miliar.

Data dari Euromonitor juga menyebutkan, berdasarkan pertumbuhan rata-rata (CAGR) di Indonesia, pasar produk plastik rumah tangga terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan market size untuk kategori pembelian produk Beverageware, Food Storage, dan Dinnerware tercatat sebesar 11,2 persen per tahun.

Keterangan tertulis Thermos Indonesia menjelaskan bahwa sampah botol plastik sulit banget diurai. Akibatnya, sampah-sampah terssebut bisa menyebabkan banyak masalah.

Di tanah, botol plastik bisa menghalangi peresapan air dan sinar matahari, sehingga mengikis kesuburan tanah dan bisa menyebabkan banjir. Sedangkan di udara, komponen plastik pada botol yang bertebaran dapat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Sebagai contoh, plastik jenis polyvinyl chloride (PVC) yang mengandung halogen akan memproduksi dioksin jika dibakar. Dioksin adalah salah satu komponen paling berbahaya yang dihasilkan oleh manusia. Dari ketiga faktor tersebut, botol plastik kalau enggak segera ditangani bisa menimbulkan pencemaran.

Kalau di laut, botol plastik bisa terpapar sinar matahari, kemudian terjadilah fotodegradasi yang memecah plastik menjadi ukuran kecil-kecil. Akhirnya, bahan beracun dari plastik yang telah terpecah-pecah itu masuk dalam rantai makanan, dikonsumsi oleh makhluk hidup di laut dari yang terkecil hingga terbesar. Manusia mungkin jadi urutan teratas dalam rantai makanan, yang mendapat efek akumulasi dari bahan-bahan beracun tersebut.

Menurut Hana Nur Aulia selaku praktisi lingkungan dari Waste4Change, salah satu penyumbang plastik ke laut adalah dari botol plastik sekali pakai yang tidak didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

"Untuk itu, kami akan terus mengampanyekan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) untuk mengubah pola konsumsi dan gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan," ujarnya di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa, 6 Agustus 2019.

Lebih lanjut Hana menjelaskan, dengan menerapkan pola 3R, masyarakat dapat mulai menggunakan ulang botol plastik untuk didaur ulang atau mengkreasikannya menjadi kerajinan tangan atau lainnya. (zho)