Fransiska Dimitri Siap Taklukkan Puncak Tertinggi di Asia Tenggara

Fransiska Dimitri
Sumber :
  • VIVA/ Bimo Aria

VIVA – Fransiska Dimitri dikenal sebagai salah satu perempuan yang berhasil menyelesaikan 7 Puncak Tertinggi di dunia, atau dikenal dengan Seven Summiters. Bersama dengan Mathilda Dwi Lestari ia menutup ekspedisinya dengan mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Gunung Everest.  

Tak berhenti di situ, kini perempuan berusia 25 tahun ini tengah berencana untuk mendaki Gunung Hkakabo Razi, di Myanmar yang diakui sebagai puncak tertinggi di Asia Tenggara. Ia akan mendaki gunung tersebut dengan empat orang lainnya dalam Ekspedisi Merah Putih.

Dari informasi yang telah didapatkan oleh Fransiska, gunung dengan ketinggian 5881 mdpl ini terkenal dengan medannya yang sangat lengkap dan berbahaya, mulai dari hutan hujan yang sangat lebat di kaki gunung, sampai lapisan salju dan gletser pada ketinggian 4600 mdpl sampai ke puncaknya.

Begitu beratnya medan Hkakabo Razi, para seven summiters (pendaki 7 puncak tertinggi di seluruh dunia) menjulukinya Anti Everest. Yaitu, kondisi yang sama sekali bertolak belakang dengan Gunung Everest yang sudah sangat mapan jalur pendakian dan infrastrukturnya.

"Di Hkakabo Razi, hutan hujannya masih perawan, lembab, gelap, serta penuh binatang berbahaya seperti ular piton, laba-laba, dan nyamuk malaria. Hal ini diperparah dengan tidak tersedianya jasa porter selama pendakian," kata Fransiska.

Lantas persiapan seperti apa yang dilakukan oleh Fransiska?

Salah satu persiapan utama yang dilakukan ialah membentuk tim yang solid dari mereka yang telah berpengalaman dan kapabel. Mereka juga telah melakukan survei, perizinan dan akan melakukan pelatihan fisik sampai penyesuaian iklim setibanya di sana.

"Pelatihan yang udah dilakukan itu pelatihan teknik pendakian gunung es dan salju di Mount Cook, New Zealand, serta penjelajahan Hutan Tropis Gunung Raung di Jawa Timur, Gunung Halimun dan Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat,", kata Fransiska.

Ia melanjutkan, bahwa dia dan tim juga  melakukan simulasi pendakian di Pangrang Razi, gunung tropis lainnya yang berada di Myanmar sebagai adaptasi dan aklimatisasi. Nantinya ia akan mengakhiri program latihan di ketinggian Gunung Kangteng Ri di Kierzikstan.

"Tapi yang terpenting menyamakan frekuensi, karena setiap orang di dalam tim punya karakter yang berbeda," kata dia.