Penderita Hipertensi Tak Boleh Konsumsi Jahe, Mitos atau Fakta?

Jahe.
Sumber :
  • Pixabay/PDPics

VIVA – Jahe atau zingiber officinale adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat tradisional. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasanya dominan pedas, disebabkan senyawa keton bernama zingeron.

Jahe banyak disukai masyarakat karena diyakini memiliki beragam manfaat, salah satunya dapat menghangatkan tubuh, menghilangkan mual dan menghindarkan Anda dari penyakit kanker. Namun, benarkah segala klaim tadi tentang manfaat kesehatan jahe?

Menurut dr. Lonah, SpFK, jahe memang memiliki manfaat menghangatkan tubuh, mengatasi nyeri sendi darah, darah tinggi hingga diabetes melitus. Jahe juga dapat mengencerkan darah karena mengandung zat aktif tertentu.

Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa penderita hipertensi yang mengonsumsi jahe diketahui terdapat peningkatan aktivitas pengenceran darah dalam tubuhnya.

Meski begitu, ada beberapa mitos terkait jahe. Salah satunya jahe dikatakan dapat menurunkan kadar gula darah. Padahal itu hanya mitos.

"Jahe tidak dapat menurunkan kadar gula darah. Jahe hanya sebagai antioksidan, anti-inflamasi dan anti-kanker. Tapi tidak ada kaitan dengan penurunan kadar gula darah," ucap Lonah di acara Ayo Hidup Sehat, Jumat, 26 Oktober 2018.

Ada juga mitos yang mengatakan bahwa penderita tekanan darah tinggi tidak boleh mengonsumsi jahe.

"Penderita tekanan darah boleh mengonsumsi jahe. Sudah ada penelitian, penderita hipertensi yang minum obat dan jahe mengalami penurunan tekanan darah yang bermakna, dibanding yang mengonsumsi obat saja atau jahe saja," ujarnya menambahkan.

Kemudian, jahe juga diketahui berfungsi mencegah kanker meski studi terkait itu masih dalam tahap pre-klinik.

"Studinya belum dilakukan terhadap manusia. Jadi belum bisa dijadikan anti kanker," katanya.

(ch)