Olahraga Lari Bagi Penyitas Kanker Bolehkah?

Ilustrasi lari.
Sumber :

VIVA – Penyitas kanker selama ini digambarkan sebagai sosok yang lemah dan tak bersemangat. Padahal sebaliknya, mereka memiliki semangat yang besar untuk sembuh dan bisa beraktivitas kembali secara normal. Penyakit yang mereka derita rasanya tak menjadi halangan untuk bisa tetap aktif dalam keseharian, termasuk olahraga. 

Seperti pasien dan penyintas kanker tiroid, Candy Srikandi Soekandar. Dalam jumpa pers Charity Run 5K 'Run for Hope' di MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, Jakarta Selatan, Candy mengatakan bahwa proses penyembuhannya lebih cepat dengan rekam jejaknya yang aktif berolahraga, bahkan meski telah terdiagnosis menderita kanker, Candy tetap semangat berolahraga. 

"Hanya satu yang mau saya sampaikan, olahraga itu penting sekali. Saya olahraga sejak muda, dan merasakan hikmahnya. Proses recovery saya jalani hanya dua minggu," kata Cindy, Selasa 29 Januari 2019. 

Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof.DR.Dr. Aru Wicaksono Sudoyo juga mengatakan bahwa pasien penderita kanker boleh saja tetap berolahraga, seperti lari atau olahraga lainnya. Tidak ada larangan bagi penderita kanker untuk tetap berolahraga. 

"Tidak ada larangan olahraga, kalau mau maraton juga boleh kalau kuat. Tapi kalau sedang berobat harus mengikuti beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tahap pengobatan, dan daya tahan tubuh. Tidak ada pembatasan kecuali dirinya sendiri," kata Prof. Aru. 

Olahraga juga disebut Aru sebagai salah satu dari tiga cara untuk mengurangi risiko kanker. Selama ini yang terjadi, pasien kanker mendapati dirinya menderita kanker bukan dari faktor keturunan, melainkan gaya hidup, termasuk di dalamnya adalah olahraga, makanan yang dikonsumsi. 

"90 persen faktor risiko kanker adalah lingkungan, hanya 6 hingga 8 persen dibawa keluarga. Artinya gaya hidup amat penting. Ada tiga komponen utama, makan menu sehat, memperhatikan berat badan ideal, olahraga. Olahraga itu salah satu aspek dari tiga komponen utama yang kalau diikuti bisa mengurangi 30 persen risiko kanker."

Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia, di mana Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat sekitar 18,1 juta kasus kanker baru dan 9,6 juta kematian terjadi pada tahun 2018. 

Secara Nasional, Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2013 mencatat prevalensi kanker mencapai sekitar 1,4 persen atau 347.000 orang dari total populasi penduduk.

Kanker payudara dan serviks (leher rahim) diketahui paling banyak ditemukan pada perempuan. Sementara itu kanker paru dan kolorektal adalah kanker yang paling banyak terjadi pada laki-laki. Kematian akibat kanker dapat dikurangi dan dikendalikan apabila kasus terdeteksi dini dan segera mendapatkan pengobatan.