Penyebab Kasus Demam Berdarah Tinggi Setiap Tahun

Petugas saat melakukan pengasapan (fogging) di Surabaya, Jatim untuk cegah DBD
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

VIVA – Setiap musim penghujan tiba, kasus demam berdarah mengalami peningkatan di berbagai wilayah Indonesia. Meski upaya pencegahan sudah dilakukan, namun kasus demam berdarah masih terus terjadi.

Data Kementerian Kesehatan hingga 29 Januari 2019 mencatat, ada 13.683 kasus demam berdarah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, ada 133 kematian akibat demam berdarah.

Meski terbilang tinggi, namun kasus demam berdarah ini belum dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan kasus di tahun 2018.

"Kota atau kabupatennya berpindah-pindah, jumlahnya merupakan kontribusi lebih dari satu provinsi," ujar Nadia saat temu media di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu, 30 Januari 2019.

Di tahun 2018, puncak kasus demam berdarah mencapai 204.000. Nadia menjelaskan, peningkatan kasus demam berdarah yang cepat disebabkan faktor nyamuk. Aedes aegypti yang membawa virus dengue memiliki sifat yang bisa bertahan tanpa air hingga enam bulan.

Itu sebabnya, meski kemarau telur yang tidak menetas akan mengering dan saat musim hujan tiba, terkena air sedikit saja telur itu bisa menetas. Apalagi nyamuk ini memiliki siklus hidup yang cepat. Dalam sehari aedes aegypti bisa bertelur sebanyak 30-150 telur. Dalam 14-28 hari, telur sudah berubah menjadi larva, pupa, kemudian nyamuk dewasa.

Yang perlu Anda waspadai adalah nyamuk ini suka menggigit pada waktu pagi dan siang. Aedes aegypti juga punya kemampuan terbang hingga 100 meter, jarak yang cukup jauh bagi nyamuk dengan ukuran kecil. (ldp)