Selain DBD, 2 Penyakit Ini Perlu Diwaspadai Saat Cuaca Ekstrem

Ilustrasi hujan.
Sumber :
  • Pixabay/ Holeysocksart

VIVA – Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi penyakit yang kini paling diwaspadai memasuki puncak musim hujan seperti saat ini. Jumlah kasus akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti ini terhitung cukup tinggi. DBD juga bisa menyebabkan kematian.

Imbas cuaca ekstrem pada puncak musim hujan seperti sekarang memang menjadi salah satu faktor mewabahnya virus DBD. Selain DBD, ada dua penyakit lain yang harus diwaspadai masyarakat menghadapi cuaca ekstrem seperti saat ini.

Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo, menuturkan, dua penyakit selain DBD yang cukup berbahaya pada musim hujan adalah diare dan leptospirosis atau kencing tikus. Kedua penyakit ini sangat rawan menyerang daerah-daerah genangan, seperti daerah yang diterjang banjir.

"Jadi masyarakat, khususnya Jawa Tengah yang dilanda banjir kami imbau untuk waspada tiga penyakit ini. DBD, diare dan leptospirosis," kata Yulianto di Semarang, Kamis, 31 Januari 2019.

Ia juga mengatakan, penyakit diare biasa muncul di wilayah terdampak banjir akibat buruknya sistem sanitasi. Penyakit ini biasanya menyerang warga yang tinggal di pengungsian akibat minimnya pasokan air bersih hingga membuat warga buang air besar (BAB) sembarangan.

"Karena BAB sembarangan ini, virus dan bakteri bisa berkembang dan menyebabkan diare. Karenanya, kita mengimbau agar warga di lokasi banjir bisa memakai jamban yang sudah disediakan,” ujarnya.

Munculnya genangan akibat hujan ekstrem juga memicu penyakit lain, yakni leptospirosis atau kencing tikus. Virus ini akan masuk ke tubuh manusia saat manusia menginjak genangan air yang dikencingi tikus dalam keadaan kaki telanjang ataupun luka. Kasus ini juga banyak muncul di daerah-daerah banjir.

“Penyakit kencing tikus ini rata-rata sulit diketahui. Maka kami sarankan bagi masyarakat  senantiasa menggunakan alas kaki atau sarung tangan di wilayah genangan. Lebih baik lagi kalau yang dipakai itu kedap air,” beber dia.

Terkait virus DBD di wilayahnya, Yulianto menyebut jumlah kasus di Jawa Tengah hingga akhir Januari mencapai 1.204 kejadian dan telah menyebabkan 12 korban meninggal dunia. Terdiri atas Kabupaten Sragen 200 kejadian, Grobogan 150 kejadian, Pati 87 kejadian, Jepara 78 kejadian, Blora 75 kejadian, Purbalingga 76 kejadian, Cilacap 71 kejadian dan Boyolali 51 kejadian serta kabupaten lain di bawah angka 50 kejadian.

Karena itu, pihaknya meminta agar masyarakat lebih meningkatkan kewaspadaan dan detail dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk yang menjadi tempat berkembang nyamuk Aedes Aegypti. Jika menemukan gejala awal penyakit ini, warga juga diminta untuk langsung membawanya ke dokter atau rumah sakit terdekat.

"Apalagi gejala penyakit DBD ini memang kerap mengecoh dokter dan orangtua. Bahkan tidak semua DBD itu bisa dideteksi di laboratorium, " tutur dia. (ldp)