Lari Bukan Cara Terbaik Turunkan Berat Badan

Ilustrasi wanita cantik.
Sumber :
  • Pixabay/StockSnap

VIVA – Setiap wanita pasti menginginkan tubuh ramping dan ideal. Tidak mengherankan jika mereka melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya, salah satu caranya dengan berlari.

Banyak orang beranggapan bahwa cara menguruskan badan yang cepat dan tepat adalah dengan berlari. Namun menurut fisioterapis Tim Nasional Sepakbola Indonesia Matias Ibo, hal tersebut salah.

“Mitos orang pikirkan adalah dengan lari padahal itu pilihan yang paling jelek untuk menguruskan badan,” kata dia kepada VIVA dalam acara Pocari Sweat Sport Science mengantarkan Born to Sweat Runners menuju Tokyo Marathon dan Seoul Marathon 2019 di Hotel Atlet Century Senayan, Rabu 6 Februari 2019.

Jika ingin mengurangi berat badan, menurutnya, cara yang dilakukan bukan hanya dengan berlari. Tetapi melakukan kombinasi kalori defisit, yakni membatasi asupan kalori.

“Konsumsi harus sedikit. Misalnya, aktivitas saya dalam sehari menghabiskan 2.000 kalori, ya makannya 1.500 sampai 1.800. Kalau misalnya makan double cheese burger satu saja sudah 800 kalori, kalau dua sudah 1.600, otomatis untuk mengurangi itu harus lari melebihi itu. Kalau lari 10 kilo saja baru membakar 700-800 kalori,” tuturnya.

Selain defisit kalori, dia menambahkan, untuk meningkatkan efektivitas seseorang dalam program penurunan berat badan adalah dengan strength training atau latihan kekuatan otot.

“Wanita takut badan besar, padahal strength training enggak akan buat badan besar, itu body building,” ucap dia.

Matias menjelaskan, definisi menurunkan berat badan itu bukan menguruskan badan tetapi reshaping body, yaitu membuat tubuh jadi lebih bagus di bagian perut, tangan, hingga kulit menjadi kencang.

“Jadi itu membuat orang badannya kurus, tidak bicarakan kuruskan tapi reshaping body. Kalau berlari mengecil, kehilangan fat loss, masa otot bukan hanya lemak akan kurus kering,” katanya. (ldp)