Manfaat Luar Biasa Buka Puasa dengan Susu Sapi

Ilustrasi susu.
Sumber :
  • Pixabay/manolofranco

VIVA – Momen berbuka puasa adalah momen yang paling dinanti, untuk mereka yang melaksanakan ibadah di bulan Ramadan. Umumnya, teh manis dan gorengan menjadi menu yang paling diburu ketika berbuka. Namun, tahukah Anda, jika susu sapi bisa juga dijadikan pilihan untuk berbuka puasa selama Ramadan?

Selain mengandung gula alami, susu sapi juga bernutrisi lengkap, yaitu nutrisi makro dan mikro. Nutrisi makro terdiri atas protein, lemak, dan karbohidrat. Sementara itu, nutrisi mikro terdiri atas vitamin dan bermacam-macam mineral.

"Susu baik untuk membantu menjaga dan mempertahankan kondisi tubuh selama berpuasa," kata ahli gizi, Rizal Alaydrus lewat rilis yang diterima VIVA dari KIN Fresh Milk.

Ia menjelaskan, setelah seharian berpuasa, sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi. Minum susu dalam kondisi perut kosong sangat baik, karena penyerapan zat gizi oleh tubuh lebih maksimal.

Menurutnya, saat ini, banyak sapi yang menghasilkan kandungan protein A1, karena adanya mutasi genetik. Adapula susu sapi yang hanya mengandung protein A2 yang didapat dari proses seleksi alami dengan melalui seleksi tes DNA, tanpa rekayasa genetik.

Susu dengan protein A1 lebih mudah menyebabkan gejala mual, kembung, dan diare, karena kandungan beta casein A1 dalam susu yang bereaksi dengan protein lainnya di dalam pencernaan. Gejalanya pun menyerupai intoleransi terhadap laktosa.

Sementara itu, susu sapi A2 menyerupai human milk atau Air Susu Ibu (ASI), karena kandungannya mudah dicerna dibandingkan susu sapi A1. Itu sebabnya, mengonsumsi susu sapi A2 umumnya tidak mendatangkan gejala seperti mual, kembung, hingga diare.

Sapi A2, merupakan sapi yang telah diseleksi khusus melalui tes DNA yang menghasilkan susu dengan kandungan protein A2. Protein A2, merupakan senyawa protein alami pada susu sapi yang mudah dicerna tubuh, sama seperti komposisi protein dalam ASI.

Perlu diketahui, kebanyakan produk susu di pasar Indonesia mengandung protein campuran antara A1 (40 persen) dan A2 (60 persen). Keduanya dihasilkan dari sapi A1 dan sapi A2 yang berbeda genetik.