Pasang Chip di Otak, Ampuh Atasi Parkinson

Tremor biasanya merupakan indikasi terdapatnya gangguan sistem saraf
Sumber :
  • Pixabay/ Geralt

VIVA – Penyakit parkinson dapat menyerang siapa saja di usia muda maupun tua. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, penyakit parkinson’s menyerang sekitar 1 dari 250 orang yang berusia di atas 40 tahun dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia di atas 65 tahun.

Penyakit parkinson merupakan penyakit degeneratif saraf dengan gejala yang paling sering dijumpai seperti tremor pada saat beristirahat di satu sisi badan. Tak hanya itu, tanda yang juga menjadi ciri khas penyakit parkinson yaitu kesulitan memulai pergerakan dan kekakuan otot.

"Tremor merupakan gerakan gemetar yang terjadi berulang kali dan tidak terkontrol pada satu atau lebih anggota tubuh," ujar dokter spesialis saraf dari Parkinson’s & Movement Disorder Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk, dr. Frandy Susatla, Sp.S., dalam acara media di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat 28 Juni 2019.

Pengobatan tremor ditujukan untuk meringankan gejala dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Langkah pertama dilakukan dengan pemberian obat oral. Jika obat oral gagal, solusi lainnya adalah menyuntikkan botulinum toxin (botox) ke dalam otot.

Namun, jika obat-obatan sudah tidak efektif, maka perlu dilakukan tindakan operasi stimulasi otak dalam atau Deep Brain Stimulation (DBS). DBS merupakan operasi untuk mengatasi tremor, kaku, dan gerak yang lambat. Teknik operasi ini dilakukan melalui penanaman elektroda atau chip pada area tertentu di otak bagian dalam. Elektroda atau chip tersebut dihubungkan dengan kabel ke baterai yang diletakkan di dalam dada sebagai sumber arus listrik.

"Operasi DBS memungkinkan sel dopamin dapat dirangsang untuk memproduksi dopamin dan bekerja optimal kembali sehingga gejala penyakit parkinson dapat diatasi dan dosis obat berkurang," terang dokter spesialis bedah saraf Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, di kesempatan yang sama.

Prosedur operasi yang dilakukan dalam dua tahap ini tergolong aman dan memiliki tingkat kesuksesan yang tinggi. Pada tahap pertama, pasien akan menerima anestesi lokal dan dibiarkan dalam keadaan sadar. Kabel yang tipis dan kecil akan ditanamkan di area tertentu di dalam otak pada tahap ini. Tahap kedua adalah anestesi umum yang dilakukan dengan menghubungkan kabel yang ditanam pada tahap pertama ke baterai seperti pacemaker  (pacu detak jantung) yang ditanam di daerah dada (neurostimulator).

"Dari 30 kasus yang sudah kami tangani, rata-rata pasien merasakan peningkatan perbaikan motorik sekitar 75-87 persen setelah dioperasi pada keadaan tanpa obat," jelas dokter Made. (tsy)