Makan Serangga Menjijikkan, Tapi Bisa Cegah Kanker Lho!

Ilustrasi makanan dari serangga.
Sumber :
  • Pixabay/deluxtrade

VIVA – Jika berbicara serangga seperti semut, belalang hingga ulat sutra mungkin terdengar menggelikan. Namun siapa sangka, serangga dapat mencegah seseorang dari penyakit kanker.

Belum lama ini ilmuwan di Universitas Roma melakukan penelitian dan menemukan bahwa beberapa serangga seperti semut, belalang, jangkrik, dan ulat sutra dapat bermanfaat mencegah kanker. Serangga tersebut diketahui mengandung lebih banyak antioksidan daripada jus jeruk dalam sebuah penelitian yang melakukan test menjadikan serangga itu diblender jadi sebuah minuman.

Dari penelitian dan uji coba yang dilakukan ditemukan, bagian terlarut dari serangga yang digunakan, sayap dan sengatnya dilepas terlebih dahulu kemudian setelah itu bagian tubuh lainnya dimasukkan ke dalam juicer. Dari penelitian itu diketahui bahwa ulat sutera, ulat bulu Afrika dan jangkrik raksasa memiliki antioksidan dua kali lebih banyak daripada minyak zaitun. Sedangkan jangkrik, belalang, dan ulat sutra memiliki antioksidan lima kali lebih banyak dibandingkan jus jeruk yang terkenal bergizi.

"Serangga yang dapat dimakan adalah sumber protein, asam lemak tak jenuh ganda, mineral, vitamin dan serat yang sangat baik. Tetapi sampai sekarang, tidak ada yang membandingkannya dengan makanan fungsional klasik seperti minyak zaitun atau jus jeruk dalam hal aktivitas antioksidan," kata ilmuwan Profesor Mauro Serafini seperti dikutip dari laman Daily Mail.

Manfaat tambahan dari makan serangga adalah ramah lingkungan, lantaran jejak karbonnya yang rendah. Sehingga serangga yang jauh lebih baik bagi lingkungan daripada pertanian biasa.

Profesor Serafini mengatakan orang-orang vegetarian cenderung memiliki antioksidan tingkat jauh lebih tinggi. Dia pun menemukan serangga yang hanya memakan tanaman juga lebih sehat.

Belalang dan ulat sutra keduanya herbivora, kata dia memiliki antioksidan paling banyak. Sementara semut dan tarantula yang memakan hewan lain, kurang menguntungkan.

"Setidaknya dua miliar orang atau seperempat populasi dunia secara teratur memakan serangga," tambah Profesor Mauro Serafini. Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Nutrition.