Waspada Konsumsi Cilok Berlebih Picu Kegemukan dan Diabetes

Cilok.
Sumber :
  • Cookpad/Mina Setiadi

VIVA – Bentuknya yang bulat-bulat, dibuat dari aci atau sagu, bisa dikukus atau direbus, lalu dinikmati dengan saus ataupun bumbu kacang, itulah cilok. Jajanan anak-anak yang umumnya dijajakan di pinggir sekolahan ini, kini jadi kudapan favorit banyak orang. Cilok kini jadi makanan yang mudah sekali ditemui dengan harga yang terjangkau.

Tak hanya itu, rasanya yang kenyal serta gurih ini kerap kali membuat orang ketagihan untuk mengonsumsinya. Tapi, apakah makanan ini bermanfaat bagi kesehatan atau hanya sekadar mengenyangkan saja?

Ternyata, cilok memang cukup bergizi namun gizinya tidak seimbang. Sebab, komposis zat gizi yang paling besar yaitu karbohidrat yang berasal dari tepung tapioka.

"Karbohidratnya bisa sampai 60 miligram. Sementara protein dan lemak masing-masing paling besar hanya 2,5 gram. Komposisi protein dan lemaknya rendah," ujar spesialis gizi klinis, DR dr Samuel Oetoro, MS, SpGK(K) dalam acara Ayo Hidup Sehat di tvOne, Rabu 24 Juli 2019.

Seperti diketahui, tepung tapioka atau aci merupakan kelompok karbohidrat sederhana di mana tepung tidak memiliki serat jadi sangat mudah diserap darah. Sehingga, dapat memicu bahaya peningkatan berat badan.

"Kegemukan bisa terjadi kalau konsumsi cilok berlebihan karena tepung itu mudah diserap dalam darah," kata dokter Samuel.

Dokter Samuel menekankan bahwa peningkatan kadar gula darah juga bisa terjadi dengan cepat akibat konsumsi cilok berlebihan. Hal ini membuat tubuh rentan terjangkit diabetes.

"Habis makan cilok biasanya terasa segar langsung karena karbohidrat itu sumber energi tapi jangan makan sampai satu piring agar asupan karbohidrat sederhananya tidak berlebihan. Kalau berlebihan gula darah naik akan membuat pankreas keluarkan hormon insulin dan memicu diabetes," jelasnya.

Untuk itu, dokter Samuel mengatakan jika mengkonsumsi cilok harus tetap memperhatikan kadar protein dan serat. Seperti menambahkan potongan daging ayam di dalam cilok dan sayuran sebagai makanan pendampingnya. (nda)