Suka Dodol? Hati-hati, Obesitas hingga Diabetes Mengintai

Permintaan Dodol Betawi Meningkat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA – Dodol menjadi salah satu panganan asli Indonesia yang memiliki penggemar sendiri. Makanan dengan rasa manis dan legit ini terbuat dari gula merah, gula putih dan tepung beras ketan yang dicampur santan kelapa.

Dodol kaya akan energi karena memiliki kadar gula yang tinggi. Dalam satu potong dodol ukuran 40 gram mengandung 150 kilokalori, sehingga tak heran jika dikonsumsi berlebih bisa meningkatkan risiko diabetes.

"Dalam dodol ada gizi meski gizi tidak lengkap karena hanya mengandung gula dan lemak, sehingga dodol berbahaya untuk pengidap diabetes karena kandungan utamanya karbohidrat sederhana," ujar spesialis gizi klinis, dr. Juwalita Surapsari, Sp.GK., dalam acara Ayo Hidup Sehat di tvOne, Jumat, 26 Juli 2019.

Menurutnya, dalam 100 gram dodol mengandung 40 gram gula. Sementara pengidap diabetes hanya boleh mengonsumsi maksimal 25 gram gula.

Bahkan dodol juga bisa memicu obesitas hingga hipertensi. Sebab, dodol dikenal sebagai makanan padat energi yang bisa menyulitkan pengendalian bobot tubuh dan tekanan darah.

"Konsumsi dodol berlebih bisa picu berat badan bertambah dan itu menyulitkan pengendalian tekanan darah. Padahal cara mengendalikan hipertensi adalah dengan menjaga berat badan ideal," kata dia.

Bahaya asam urat juga bisa dipicu oleh konsumsi dodol berlebih. Sebab, lemak jenuh serta gula yang banyak di dalam dodol memicu peningkatan asam urat.

"Pada dodol lemaknya adalah dari santan serta banyaknya gula pada dodol membuat karbohidrat sederhana. Pada pengidap asam urat tinggi, sebaiknya hindari dua hal itu karena memicu peningkatan asam urat," paparnya. (tsy)