Awalnya Sesak Napas, Pria Ini Meninggal Diduga Karena Vape

Rokok elektrik atau vape.
Sumber :
  • pixabay/LindsayFox

VIVA – Selama ini, kebanyakan orang mengira bahwa rokok elektrik atau lebih dikenal dengan vape, lebih aman dibanding rokok konvensional. Vape juga seringkali disebut mampu mengurangi kecanduan terhadap rokok.

Padahal, uap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran pada vape justru berbahaya bagi sejumlah orang dengan keluhan tertentu. Dokter spesialis paru, dr Yahya, Sp.P mengatakan bahwa uap dari vape bisa merusak paru-paru pada fase awal, terutama pada mereka yang memiliki riwayat alergi dan bisa menyebabkan asma.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Dinas Kesehatan Illinois, pada Jumat 23 Agustus 2019, mengumumkan bahwa ada seorang pasien yang meninggal dunia karena penyakit paru-paru yang parah. Pasien diketahui menggunakan vape, dan kasus ini kemungkinan menjadi kasus kematian pertama yang diduga karena vape.

Dilansir dari Science Alert, menurut Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan, setidaknya ada 193 kasus di 22 negara bagian, dan banyak terjadi pada remaja dan dewasa muda.

Dinas Kesehatan Illinois dalam sebuah pernyataan mengatakan, jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena penyakit paru-paru terkait vaping, meningkat dua kali lipat dalam sepekan terakhir. 

"Paling tidak ada 22 orang, yang berusia antara 17 hingga 38 tahun, pernah mengalami penyakit pernapasan setelah menggunakan rokok eletronik atau vape," tambahnya.

Pejabat negara bekerja sama dengan departemen kesehatan setempat untuk menyelidiki 12 orang lainnya. 

Lebih lanjut ia menjelaskan, Orang-orang yang terkena memiliki beberapa gejala, di antaranya batuk, sesak napas napas dan kelelahan. Beberapa juga mengalami muntah dan diare. Gejala akan memburuk setelah beberapa hari atau minggu sebelum dirawat di rumah sakit.

"Kematian ini terjadi pada orang dewasa yang meninggal bulan ini, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang orang tersebut, atau perangkat atau produk apa yang telah digunakan," kata Dinas Kesehatan Illinois.

Sementara beberapa kasus tampak serupa, para petugas dinas kesehatan mengatakan bahwa mereka tidak tahu apakah penyakit tersebut terkait dengan vape, atau bahan lain atau kontaminan tertentu yang mereka hirup.

Para petugas kesehatan mengatakan, pasien telah menggambarkan vaping dengan berbagai zat, termasuk nikotin hingga ganja.

"Dalam banyak kasus yang dilaporkan, termasuk di Illinois, pasien mengakui telah menggunakan produk yang mengandung  tetrahydrocannabino (THC), bahan kimia yang bertanggung jawab atas sebagian besar efek psikologis ganja," kata para petugas kesehatan Illinois.

Tidak ada produk spesifik yang telah diidentifikasi dalam semua kasus. Juga, tidak ada produk yang secara konklusift dikaitkan dengan penyakit.

Meskipun kasus-kasus tersebut tampak serupa, tidak jelas apakah semua kasus ini memiliki penyebab yang sama, atau penyakitnya berbeda namun memiliki gejala yang sama.