Pemerintah Harus Tepat Bentuk Program Cegah Kematian Anak

Ilustrasi bayi
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Sebuah Studi terbaru menunjukkan bahwa dalam dua dekade terakhir, angka kematian Balita, bervariasi hingga tujuh kali lipat di antara sejumlah kabupaten di Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa di Indonesia tercatat ada 109.446 anak meninggal dunia pada usia Balita di tahun 2017.

Di setiap pulau-pulau besar di propinsi Indonesia Timur, terdapat perbedaan yang mencolok antara rasio tertinggi dari kematian anak dan rasio terendah kematian. 

Selain itu Cacat paska-kelahiran merupakan penyebab terbesar kematian anak Balita antara tahun 2000 dan 2017, menurut laporan Global Burden of Disease. Tetapi angka keseluruhan dari kematian yang disebabkan oleh cacat paska-lahir ini, tercatat separuhnya selama periode dari Studi ini. 

Laporan Demographic Health Survey 2017 di Indonesia juga memperlihatkan situasi yang hampir mirip di mana dalam lima tahun terakhir, 75 persen kematian anak usia balita terjadi ketika anak-anak tersebut belum berusia satu tahun, dan 63 persen dari kematian bayi terjadi 
ketika mereka baru menjalani bulan pertama setelah kelahiran. 

Angka-angka tersebut bervariasi di antara berbagai propinsi di Indonesia, di mana propinsi-propinsi di wilayah Indonesia Timur memperlihatkan rasio yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.

"Oleh sebab itu, prioritas dari program kesehatan perlu diarahkan untuk mengurangi kematian paska kelahiran, yang akan mempengaruhi kematian pada usia bayi serta usia balita, serta memperbaiki kesenjangan rasio antar propinsi," ungkap Dr. Soewarta Kosen, peneliti dari Indonesia yang tergabung dalam penulisan Studi ini, dikutip dari siaran pers, Selasa 22 Oktober 2019.

Studi ini merupakan yang pertamakali dilakukan, untuk memetakan angka kematian anak-anak di 99 negara berpendapatan rendah hingga berpenghasilan menengah, yang ditelaah hingga tingkat kabupaten. 

Diterbitkan di jurnal NATURE, stidi ini juga dilengkapi dengan pemetaan yang rinci untuk menggambarkan perbedaan kondisi kesehatan di masing-masing negara dan daerah-daerah yang biasanya terlewatkan oleh analisa di tingkat nasional.

Sebuah interactive visualization disiapkan untuk membandingkan bagaimana rasio tersebut tercatat dari tahun ke tahun. 

Penelitian yang dilakukan oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Fakultas Kesehatan Universitas Washington, dan melakukan penelitian di sejumlah negara di mana lebih 
dari 90 persen dari kematian anak-anak terjadi di tahun 2017. 

Rasio mortalitas tercatat bervariasi hingga sepuluh kali lipat di antara berbagai kabupaten di sebuah negara.

Dari seluruh negara yang diteliti, kesenjangan angka kematian balita bervariasi hingga 40 kali lipat di tingkat kabupaten.

Para peneliti memperkirakan, jika setiap kabupaten di negara berpendapatan rendah dan berpendapatan menengah yang diteliti telah memenuhi target Sustainable Development Goal (SDG) yaitu tidak lebih dari 25 kematian anak dari 1.000 kelahiran, 2,6 juta anak bisa diselamatkan dari kematian.