Sering Nonton Video Porno Bikin Susah Ereksi

Ilustrasi video porno.
Sumber :
  • dok. pexels

VIVA – Terlalu sering menonton film biru atau berbau pornografi memiliki banyak dampak negatif, seperti penurunan fungsi otak. Peneliti menemukan bahwa tontonan berlebihan bisa memicu seseorang sulit memutuskan sesuatu bahkan membuat seseorang gemar berbohong.

Dikutip dari laman The Health Site, peneliti mengungkapkan bahwa menonton film biru berakibat pada perubahan penting di bagian otak. Studi menunjukkan, mereka yang rutin menonton film porno cenderung mengalami kerusakan di bagian prefrontal cortex otak, di mana ini menjadi pusat kendali untuk moral serta kontrol tubuh.

"Film dewasa memberi perubahan pada otak. Ironisnya, film porno juga menambah kepuasan seks. Jadi ini hasil yang saling bertentangan," ujar peneliti, Rachel Anne Barr.

Melalui internet, film porno siaran langsung memberi ketergantungan bagi banyak orang. Dan pelanggannya sangat besar, mencapai 33,5 miliar di Pornhub, situs pornografi terbesar, menurut data tahun 2018.

Pornografi sendiri bisa memicu dampak buruk pada perilaku seseorang menjadi lebih negatif. Bahkan, sudah sangat jelas bahwa pornografi bisa memicu kecanduan dan membahayakan kesehatan mental serta kehidupan seks di kehidupan nyata.

"Mulai dari depresi hingga disfungsi ereksi, menjadi dampak dari pornografi. Video porno menjadi properti sebagai pemicu yang sangat kuat untuk mengubah kemampuan otak dan membuatnya beradaptasi dengan hal itu," katanya lagi.

Studi juga mengungkapkan, hausnya akan adegan seks membuat seseorang terus mengakses situs porno. Faktanya, ini menjadi salah satu dampak dari pesatnya teknologi saat ini.

Menurutnya, dengan teknologi yang pesat memberi akses yang mudah pada pornografi sehingga membuat orang rentan kecanduan. Dalam jangka panjang, pornografi bisa memicu penurunan fungsi seksual, khususnya saat mencapai ereksi atau orgasme dengan pasangan.

"Adanya perubahan pada otak membuat kadar kepuasan seksualnya menjadi berbeda. Hal ini berdampak pada kualitas pernikahan dan komitmen dengan pasangan yang ikut terganggu," jelasnya.