Pemicu Antraks Kembali Terjadi di Gunung Kidul

Peternakan sapi di Pasuruan, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA/Rintan Puspitasari

VIVA – Kasus antraks di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, kembali terjadi di 14 provinsinya. Wabah antraks kali ini menyebar dari hewan ternak yang sakit dan terbukti positif pada 21 orang dengan 1 korban jiwa.

Tak hanya di tahun 2019-2020, wabah antraks pun pernah terjadi sebelumnya di tahun 1983 dan 1969. Ternyata, alasan dari wabah antraks yang terus berulang di Gunung Kidul ini disebabkan oleh perilaku masyarakat yang minim edukasi terkait antraks.

"Sebagaimana disampaikan bahwa mereka anggap ternak yang sakit itu, mereka nggak mau kehilangan. Yang sakit ya mereka cepat-cepat potong lalu dibagikan dan bagi mereka itu amalan," ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Anung Sugihantono, dalam temu media di Gedung Kemenkes RI, Senin 20 Januari 2020.

Baca juga: Wabah Antraks di Gunung Kidul Renggut 1 Nyawa

Terlebih, tak sedikit warga yang malah menjual murah hewan ternak yang diduga sakit untuk menutup kerugian. Padahal, dari cara ini, penularan antraks antar hewan bisa meluas dan menyerang masyarakat yang mengonsumsi dagingnya.

"Jadi sapi itu bisa dijual seharga Rp3 juta saat sakit. Kemudian dipotong oleh jagal atau pemotong hewan yang memang spesialis hewan sakit," terang Anung.

Untuk meredakan perilaku tersebut, maka pemerintah setempat mengupayakan memberi edukasi terkait perilaku hidup bersih baik di kandang hewan maupun tempat tinggal peternak. Hewan ternak yang sakit juga harus dikubur dengan kedalaman minimal 2 meter dan diberi desinfektan agar virusnya tidak menyebar.

"Bupati juga menyiapkan dana untuk ganti biaya ternak hewan yang sakit agar tidak dipotong dan dibagikan. Pemerintah Gunung Kidul sudah panggil semua kepala desa, camat, tokoh masyarakat untuk sebarluaskan hal ini karena posisi Gunung Kidul sebagai gudang ternak, jangan sampai timbul kesan tidak baik," terangnya.