Bangun Brand Jajanan Milenial Khas Malang Lewat Bolu Bakar

Usaha Bolu Bakar Malang milik Hilda Yulis.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya (Malang)

VIVA – Industri kreatif menjadi alternatif kalangan milenial untuk merintis suatu usaha dari bawah. Salah satunya seperti yang dilakukan, oleh Hilda Yulis. Ia terjun ke dalam industri kreatif di bidang kuliner.

Berbekal semangat menciptakan brand kuliner atau jajanan khas Malang, Hilda membuat jajanan Bolu Bakar Malang. Hilda mengaku biasanya bolu adalah kue kukus, namun ia memilih bolu bakar karena bolu bakar jarang ditemukan di Jawa Timur.

"Biasanya bolu itu kan dikukus, tapi ini dibakar. Awalnya, apa sih yang bisa diciptakan untuk membawa nama Malang. Ada roti bakar Bandung, menginspirasi. Akhirnya kita buat bolu bakar Malang," kata Hilda.

Wanita yang berprofesi sebagai MC atau pembawa acara itu, memutuskan menjadi brand ambassador bolu bakar Malang. Ia berharap bolu bakar Malang akan menjadi brand baru oleh-oleh khas Malang. Menurutnya, jajanan ini baru pertama kali hadir di Malang.

"Kami menyajikan kue bolu dengan cara berbeda, cara masaknya dipanggang dengan filling (isian) yang sangat melimpah. Bolunya empuk, ada berbagai isian tanpa menggunakan bahan pengawet dan bikin sendiri," ujar Hilda.

Jajanan hits di Malang ini terdiri dari berbagai macam varian rasa yang ditawarkan, yakni rumbutter, rumbutter keju, keju, cokelat, cokelat keju, kacang, stroberi, kopi dan varian baru, yakni green tea. Namun, yang paling diburu oleh pembeli adalah rumbutter.

"Kue kekinian ini bisa digunakan sebagai oleh-oleh. Harapan kami memang untuk oleh-oleh para wisatawan. Karena jika tidak disimpan di kulkas, bisa awet hingga tiga hari. Kalau disimpan di kulkas, bisa awet hingga tujuh hari," tutur Hilda.

Dalam sehari bolu bakar Malang terjual hingga 100 porsi, sedangkan di akhir pekan mencapai 200 porsi atau dua kali lipat dari hari biasa. Kebanyakan pembeli adalah pecinta kuliner kekinian dan para wisatawan yang sedang berlibur ke Malang.