Mengintip Dapur Katering Makanan Pesawat yang Supersteril

Dapur Aerofood Catering Service (ACS)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria

VIVA – Hampir setiap maskapai di Indonesia memiliki layanan untuk memesan makanan saat di atas pesawat. Penumpang bisa memilih hidangan dari menu-menu yang telah disediakan.

Setelah memesan, makanan itu nantinya akan diantar oleh pramugari ke tempat duduk penumpang. Tapi pernahkah bertanya di mana dan bagaimana hidangan yang disajikan di atas pesawat dibuat?

Jika kamu berpikir hidangan itu baru dibuat di atas pesawat, anggapan itu keliru. Mayoritas hidangan di pesawat dibuat oleh Aerofood Catering Service (ACS) yang ada di berbagai bandara di Indonesia.

Pada saat peluncuran Nasi Kapau dari Citilink di Bali, yang tentunya dibuat oleh anak usaha Garuda Indonesia Group ini, VIVA berkesempatan untuk melihat dapur mereka.

Menurut Quality Manager ACS Denpasar, Partiwi Supartika, ACS memiliki kapasitas untuk membuat 25 ribu porsi makanan setiap harinya. Namun, saat ini rata-rata makanan yang diproduksi baru sekitar 15 ribu hingga 17 ribu porsi.

Salah satu yang menjadi poin penting saat melihat dapur ACS, bahwa tidak setiap orang bebas masuk ke dalam untuk melihat. Selain itu, menurut wanita yang akrab disapa Tiwi ini, mereka juga menerapkan Hazard Analysis & Critical Control Point yang cukup ketat untuk menjaga kebersihan dan kualitas.

Setiap orang yang masuk ke dalam dapur ACS diharuskan menggunakan pakaian khusus, dengan penutup kepala dan mulut. Bahkan saat masuk di Yellow Zone, wajib dilakukan pemeriksaan dengan alat khusus agar tidak ada rambut yang menempel di pakaian dan terbawa masuk ke dalam.

Area pertama ialah penyimpanan kering bahan material mentah. Di tempat ini, barang disimpan selama kurang lebih tiga hari sebelum didistribusikan sesuai kebutuhan.

Selain itu, ACS Denpasar juga memiliki tiga ruangan chiller dan tiga ruangan freezer. Ini untuk menyimpan buah, sayuran, daging, ikan, dan ayam.

"Semua disimpan terpisah agar tidak terjadi kontaminasi, baik rasa maupun bau. Begitu juga dengan alergen, itu juga concern kami agar tidak terjadi alergi terhadap makanan" ujar Tiwi, Jumat, 31 Agustus 2018.

Kemudian, VIVA dibawa ke area dapur yang merupakan Red Zone. Sebelum masuk ke area ini, setiap orang harus melalui air cleaner, ruangan yang bisa berisi dua hingga tiga orang. Setelah masuk akan ada embusan angin selama kurang lebih tiga detik untuk mensterilkan setiap orang yang masuk.

Pada area dapur pun dipisah, mulai dari area penyiapan bahan makanan hingga dapur inti atau hot kitchen. Semua proses penyiapan bahan makanan itu lagi-lagi dilakukan secara terpisah untuk menghindari kontaminasi.

Setelah melalui area hot kitchen, nantinya semua hidangan akan diletakkan di tempat saji dan dikemas secara rapi. Selanjutnya akan didistribusikan ke berbagai maskapai. (ase)