Halal Tourism Tidak Cocok di Bali, Ini Alasannya

ILUSTRASI - Wisata Bali, Pantai Kuta. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Wacana yang dilemparkan oleh Calon Wakil Presiden nomor 02 Sandiaga Uno, tentang pariwisata halal atau halal tourism di Bali dinilai tidak cocok dengan karateristik budaya Bali.

Anak Agung Gede Yuniartha Putra, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali mengatakan, pariwisata halal tidak mungkin diterapkan di Pulau Dewata. Karena Bali sudah menerapkan wisata budaya sesuai Peraturan Daerah (Perda) nomor 2 tahun 2012.

"Iya nggak mungkin halal tourism di sini. Kita kan sudah ada Perda 2 tahun 2012 tentang pariwisata budaya. Pariwisata budaya itu yang kita ekspos bukan halal tourism. Kalau dia mau halal tourism, iya di tetangga kita di Lombok," ucapnya, Selasa (26/2/219).

"Kalau umpamanya Bali ngambil halal tourism semuanya, kasihan tetangga nggak dapat apa-apa. Bagaimana kita mau bikin halal tourism, orang masyarakat di sini makannya babi. Kan tidak mungkin," ujarnya.

Menurut Yuniartha, dari 17 ribu pulau di Indonesia tidak harus menerapkan pariwisata halal. Tetapi harus menonjolkan perbedaan atau keunikan dari budaya atau daerah masing-masing ke pada para wisatawan.

"Saya pikir buat Bali tidak pas, bukan berarti kita menutup diri. Jadi saya promosi ke Timur Tengah itu tetap kita lakukan. Hal ini juga mengalami peningkatan (wisatawan) dari Timur Tengah, semenjak kedatangan dari Raja Salman. Saya pikir, mungkin konsep halal itu ada di pikiran kita masing-masing kali yah. Raja Salman datang kok," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Sandiaga mengunjungi Bali selama dua hari, yakni 23-24 Februari 2019. Dalam kunjungannya tersebut ia ingin mengembangkan pariwisata halal di Bali.

"Prabowo-Sandi fokus memberdayakan UMKM. Di Bali sendiri kami harapkan pariwisata akan lebih baik dan multi efek kepada UMKM. Salah satunya juga pariwisata halal. Banyak potensinya, dan sekarang diambil oleh Bangkok," kata Sandi, Minggu (24/2/2019) di Denpasar, Bali. (*)