Sempat Syukuran, Jemaah Haji Ini Batal Berangkat ke Tanah Suci

Muhamad Jais, calon haji asal Malang, batal berangkat menunaikan ibadah haji.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Lucky Aditya (Malang)

VIVA – Calon haji asal Gondanglegi, Kabupaten Malang, Muhamad Jais batal berangkat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci tahun ini. Sebab, pria 76 tahun itu didiagnosis menderita demensia alias pikun. 

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) embarkasi Surabaya, akhirnya gagal memberangkatkan Muhammad Jais.

Imamuddin, putra dari Muhammad Jais, mengatakan bahwa sang ayah gagal berangkat naik haji karena kondisinya dianggap tidak memungkinkan. Imamuddin menyebutkan, secara fisik Muhammad Jais dalam kondisi baik, namun secara psikologis didiagnosis pikun.

"Awal mulanya bapak dinyatakan pikun dan dilarang berangkat adalah bapak minta pulang untuk ambil sarung di rumah. KBIH akhirnya telpon saya mengabarkan kondisi bapak. Gimana kalau dibawa ke Arab nanti bingung malah takut hilang," kata Imamudin, Selasa, 16 Juli 2019.

Imamudin mengatakan, sesuai adat warga kampung, sebelum berangkat menunaikan rukun Islam kelima diselenggarakan selamatan sebagai rasa syukur atas rezeki yang diperoleh. Rezeki yang dimaksud adalah kesempatan berangkat ke Tanah Suci.

"Kemarin sebelum berangkat juga selamaten banyak tamu datang ke sini. Ya namanya orang desa kita lakukan syukuran, banyak sekali keluarga dan tetangga yang datang memberikan ucapan selamat, tapi justru tidak jadi berangkat," ujar Imamudin.

Dia menceritakan, ayahnya mendaftar di sebuah KBIH pada tahun 2011. Sesuai jadwal seharusnya berangkat pada 2021. Namun, karena memasuki kategori lansia, Muhammad Jais akhirnya dipercepat dan diputuskan berangkat pada tahun ini. Jais masuk kloter 20 calhaj Kabupaten Malang.

Awalnya, keluarga sudah menceritakan kendala dimensia yang dialami Muhammad Jais pada tahun lalu. Saat itu, KBIH menyanggupi keluhan keluarga. KBIH menjanjikan ada pembagian kelompok dari 160 calhaj nantinya bakal dibentuk kelompok. Satu kelompok berisi 10 calhaj.

"Dari KBIH itu sudah menyanggupi sebelumnya. Keluarga sudah dikasih tahu dari jumlah 160 calhaj dibuat kelompok 10 orang dan bapak itu dititipkan di ketua kelompok langsung. Ternyata sampai Surabaya, tidak sesuai harapan," ujar Imamudin.

Jelang keberangkatan, keluarga sempat ditelepon langsung oleh KBIH. Sempat terjadi diskusi antara KBIH dan keluarga. Atas berbagai pertimbangan, keluarga memutuskan untuk menunda keberangkatan. KBIH pun memberi opsi Muhammad Jais untuk berangkat pada tahun depan.

"Akhirnya kita bicara dengan KBIH akhirnya diputuskan pulang saja takut merepotkan panitia di sana. Rencananya berangkat tahun depan, dokumen itu tidak kami cabut karena kalau dicabut bisa menunggu tahun-tahunan lagi. Mending berangkat tahun depan," kata Imamudin.

Muhammad Jais adalah seorang petani tebu di Gondanglegi. Dia membayar biaya haji sebesar Rp41 juta, ongkos itu dibayar dari hasil bertani. Selama proses tunda keberangkatan, keluarga bakal melakukan terapi penyembuhan agar saat menunaikan ibadah haji tahun depan Muhammad Jais tak lagi pikun.

"Reaksi keluarga bermacam-macam ada yang menerima dan tidak. Tapi keluarga besar menerima. Beruntung PPIH Surabaya memberikan solusi, untuk ditunda tahun depan," ujarnya.