Penambahan Kuota Haji Bisa Jadi Tragedi Kemanusiaan, Jika..

Persiapan tenda jemaah haji di Mina jelang puncak haji 2019
Sumber :
  • MCH 2019

VIVA – Indonesia tahun ini mendapatkan penambahan kuota 10 ribu jemaah haji. Ditambah kuota normal sebesar 221.000 jemaah, maka tahun 2019 ini, Indonesia memberangkatkan 231.000 jemaah hajinya ke Tanah Suci. Jumlah jemaah terbesar sepanjang sejarah dunia. 

Selain Indonesia, Arab Saudi juga memberikan tambahan kuota kepada negara-negara dengan populasi muslim terbanyak. Seperti Malaysia, Pakistan, Tunisia dan Bangladesh. 

Bagi Indonesia, penambahan kuota ini ibarat oase di padang sahara. Butuh belasan hingga puluhan tahun untuk mengantre untuk bisa ibadah haji. Karena itu, penambahan kuota ini setidaknya bisa memangkas antrean.

Tapi, penambahan kuota jemaah haji ini punya konsekuensi. Yakni, harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas dan daya tampung di Mina. Sebab, kapasitas Mina tak sebesar Arafah. Daya tampung tenda jemaah haji di Mina sangat terbatas, tapi jumlah jemaah hajinya terus meningkat.

Ini pula yang menjadi sorotan Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin. Saat meninjau hotel-hotel jemaah haji Indonesia di beberapa wilayah di Mekah, Kamis lalu, Lukman Hakim mengatakan penambahan kuota 10 ribu sejatinya merupakan kabar baik bagi Indonesia.

Di tengah perjuangan dan lobi Indonesia kepada pemerintah Arab Saudi untuk mendapat kuota jemaah haji 250.000 per tahun. Maka, 10 ribu kuota tambahan jemaah ini menjadi angin segar bagi diplomasi haji Indonesia. 

"Sebagai Amirul Hajj, selaku Menag, tentu kita semua dan saya sebagai pribadi senang kalau kuota terus bertambah dan bertambah. Dan itu artinya antrean masa tunggu saudara-saudara kita itu semakin dekat jika kuota semakin banyak," kata Amirul Hajj, Lukman Hakim Saifuddin.

"Tapi harus diingat, problem kuota itu terkait dengan kapasitas daya tampung Mina," imbuhnya.

Menurutnya, jika di Mekah banyak hotel tumbuh, Masjidil Haram dilakukan perluasan, Masjid Nabawi di Madinah juga diperluas, hingga Arafah juga bisa diperluas karena kapasitasnya sangat luas.  Tapi di Mina, pemerintah Arab Saudi belum mampu meningkatkan daya tampung kapasitasnya.

 Mengingat luas wilayah Mina sangat terbatas. Di sisi lain, peningkatan infrastruktur pendukung, termasuk tenda-tenda dan toilet-toilet sangat dibutuhkan jemaah. 

"Maka menambah kuota itu justru bisa mengundang kerawanan bahkan mengancam keselamatan jiwa jamaah haji itu sendiri," ujar Lukman.

Atas kekhawatiran itu, Indonesia lanjut Lukman, sedang meminta Pemerintah Arab Saudi untuk segera meningkatkan kapasitas daya tampung Mina, termasuk menambah tenda-tenda dan toilet-toilet yang ada. Dengan begitu, tidak ada kekhawatiran dari penambahan kuota jemaah haji. 

"Tapi kalau menambah kuota tanpa dibarengi atau didahulukan dengan penyiapan infrastruktur di Mina itu akan menjadi tragedi kemanusiaan karena itu mengancam keselamatan jiwa jemaah-jemaah kita," tegasnya.

Kuota Permanen

Sebelumnya, Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel memastikan penambahan kuota 10 ribu jemaah haji Indonesia tahun ini merupakan kuota permanen. Dengan penambahan itu, maka jemaah haji Indonesia tahun 2019 ini berjumlah 231 ribu orang.

Penegasan itu merujuk komunikasi Kedutaan Besar RI di Arab Saudi dengan Ad Diwan Al Malaki (Royal Corps), sebuah lembaga pemerintah Arab Saudi yang memiliki otoritas dalam mengatur kuota jemaah haji suatu negara.

"Bahwa 231 ribu ini adalah kuota permanen Indonesia untuk tahun ini," kata Agus Maftuh kepada Tim MCH, Selasa malam, 30 Juli 2019.

Meski demikian, Agus masih terus mengupayakan penambahan kuota jemaah haji Indonesia di angka 250 ribu orang. Hal ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo, yang meminta agar kuota haji Indonesia bisa mencapai angka ideal, yakni 250 ribu jemaah per tahunnya.

"Kami masih ada lagi tugas untuk angka 19 ribu (kekurangan target 250 ribu) dari 231 ribu ini. Insya Allah tahun-tahun ke depan kita akan selalu melakukan diplomasi haji," ujarnya.