Cerita Kedekatan Agus Maftuh dengan Mbah Moen 

Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh di acara silaturahmi NU di Mekah
Sumber :
  • MCH 2019/Darmawan

VIVA – Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh, mengaku memiliki sejarah hubungan yang cukup erat dengan KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen. Orangtua Agus Maftuh merupakan santri dari Abah KH Maimoen Zubair, yakni Abah Kiai Zubair. Sementara ibunya juga berteman baik dengan istri Mbah Moen. 
 
Kedekatan itulah yang membuat Agus sangat terkejut ketika mendengar kabar duka meninggalnya Mbah Moen, pada Selasa pagi, 6 Agustus 2019. Saat itu, orang yang pertama kali dia hubungi adalah tokoh Nahdlatul Ulama di Arab Saudi, Dr Fahmi.

"Saya kirim surat kepada penguasa (Arab Saudi) agar syeikh kita, mualim kita, dimakamkan di sebuah jannatul Ma'la. Dan beliau (Dr Fahmi) yang bawa surat ke Mekah Almukarromah termasuk Mbah Moen ditempatkan di sebuah nomor yang unik, terima kasih kiai," kata Agus Maftuh saat menghadiri acara silaturahmi NU se-Dunia di Mekah, Kamis, 8 Agustus 2019.

Agus pun menuturkan, sehari sebelum wafatnya Mbah Moen, ia mengajak istri dan anak-anaknya sowan ke hotel Mbah Moen di Darel Aiman, Mekah. Waktu itu sudah larut malam, pukul 00.00. Tapi Agus merasa berdosa besar jika tahu Mbah Moen ada di Mekah, tapi dia tak menghampirinya.

Mbah Moen, tutur Agus, membincangkan banyak hal. Mulai dari isu kebangsaan, sempat mengkritik banyak kiai NU yang tidak hafal Mars Yalal Wathon sampai pada urusan tarkib atau tata bahasa dari mars warga NU tersebut.

"Sampai jam 2 malam saya enggak boleh pulang," ujar Agus. Terakhir, kata dia, ucapan Mbah Moen yang membuat batinnya tersentak adalah saat menyebut dia adalah tamu terakhirnya.

"Kang Maftuh, pertemuan ini adalah pertemuan terakhir. Itu beliau sebut dua kali kepada kami yang ada di ruangan itu. Kang Maftuh sampeyan tamu saya yang terkahir," kata Agus menirukan ucapan terakhir kiai karismatik NU itu.

Di luar itu, kedekatan Mbah Moen dengan Agus Maftuh dan keluarga juga sangat erat. Setiap kali rawuh, Mbah Moen selalu hadir, meski di usia yang sudah sepuh. Bahkan, saat dia menikah tahun 1992, Mbah Moen sendiri yang ijab kabulkan.

"Sampai keluarga itu (punya anggapan) kalau mantu enggak diijabkan Mbah Moen enggak sah.
Saya diijabkan Mbah Moen tahun 1992," kenang Agus. 

Bagi Agus, meskipun Mbah Moen sudah meninggah dunia, semua ilmu dan amalnya tidak akan pernah mati, Mbah Moen selalu menjadi panutan bagi siapapun. "Mbah Moen dalam keyakinan saya tidak pernah mati, hayyun kholidan (hidup selamanya)," ungkapnya.