Menag: Nahdliyin Seringkali Terlena dengan Nama Besar NU

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berpidato di Silaturahmi NU di Mekah
Sumber :
  • MCH 2019

VIVA – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin hadir dalam acara Silaturahmi Nahdlatul Ulama XVIII se-Dunia yang bertempat di wilayah Jarwal, Kota Mekah, Arab Saudi, Kamis, 8 Agustus 2019. Bagi Menag, kehadirannya di forum ini sudah keenam kalinya secara berturut-turut, sejak pertemuan pertama kali digelar PCI NU Saudi Arabia pada tahun 2001 atau 18 tahun silam. 

"Pertemuan ini amat penting bagi kita semua, warga NU. Silaturahim ini membawa kita kembali ke alam nyata. Dari yang semula hanya bertegur sapa di dunia maya, di sini kita dapat bertatap muka," kata Lukman dalam pidatonya.

"Tentu ada suasana berbeda antara kita bertemu langsung seperti ini bercakap-cakap, ketimbang sekadar bertegur sapa di Whatshapp. Ada nuansa persaudaraan, persahabatan, juga tabarrukan," imbuhnya. 

Lebih dari itu, kata Menag, silaturahim ini adalah forum penguatan untuk menyatukan energi positif dari pada diaspora NU. Seperti halnya umat Islam dari segala penjuru dunia yang berkumpul di Tanah Suci ini,berharap mendapatkan keberkahan ilahi dan kemudian menebarkannya ke segala arah. 

"Orang-orang NU telah tersebar di berbagai negara. Sebagian mereka sedang menempuh studi, sebagian lagi telah berkiprah di segala macam bidang profesi. Jika mereka disatukan, alangkah besar potensi energi yang bisa didapatkan untuk segala kebaikan yang kita ingini," paparnya.

Namun, hidup di zaman sekarang, terang Lukman, tidak lagi sekadar bicara potensi. Karena jika hanya menghitung potensi, maka akan terlena dengan angka-angka. Menurutnya, warga NU seringkali terlena dengan sebutan NU sebagai organisasi Islam terbesar di dunia.

Kemudian, Indonesia punya populasi muslim terbesar di dunia, dan seterusnya. Tapi apa yang bisa diperbuat dengan itu? Sebagai yang terbesar, apakah kita sudah dominan mewarnai wajah Islam di muka bumi?

"Berawal dari pertanyaan tersebut, marilah kita mengubah potensi energi pada NU menjadi daya nyata bagi kemanusiaan. Dari situlah kita akan mengawal perdamaian dunia karena pada hakikatnya manusia membutuhkan kedamaian," tutur Menag dalam pidatonya