Khutbah Wukuf: Di Arafah, Konglomerat dan Melarat Tak Ada Bedanya

Wukuf di Padang Arafah
Sumber :
  • Antara/Maha Eka Swasta

VIVA –  Naib Amirul Hajj KH A Bunyamin Ruhiyat meminta kepada lebih dari  dua ratus ribu jemaah haji asal Indonesia untuk memperbanyak istighfar, memohon ampun kepada Allah SWT. Bunyamin menyampaikannya dalam khutbah wukuf di Arafah, Sabtu 10 Agustus 2019 (9 Zulhijah 1440 HIjriyah).

Menurut Bunyamin, Arafah merupakan tempat bertemunya kembali Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah berpisah sekian lama sejak diturunkan ke bumi. Konon, kata dia, tempatnya di Jabal Rahmah. Mereka berdua menyesal karena tergoda dengan tipu daya setan yang mengakibatkan mereka berdua harus keluar dari surga. Mereka pun terus-­menerus bertaubat kepada Allah.

"Karenanya, mengikuti jejak Adam dan Hawa, marilah kita manfaatkan keberadaan di Padang Arafah ini dengan memperbanyak istighfar, memohon ampunan kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan," katanya.

Padang Arafah, menurut dia, merupakan tempat berkumpulnya jutaan orang yang datang dari berbagai pelosok negara. Berbeda bangsa, suku, bahasa, budaya, adat istiadat dan warna kulit. Namun semua sama, ditandai dengan pakaian yang sama.

"lni merupakan tanda bahwa kita semua sama di hadapan Allah. Tidak ada pangkat atau jabatan, kyai atau santri, konglomerat atau melarat. Semua sama di hadapan Allah dan yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa kepada­Nya," kata Bunyamin.

Perbedaan, menurut Bunyamin, bukan untuk dipertentangkan, tetapi agar manusia saling mengenal, sehingga terbangun komunikasi dan harmoni di tengah keragaman yang ada. Kemuliaan dan keutamaan tidak ditentukan oleh jenis kelamin, atau warna kulit, atau suku bangsa tertentu, tetapi oleh ketakwaan dan sikap keberagamaan yang baik.

"Sebagai bangsa Indonesia yang hidup di tengah keragaman agama, budaya, suku dan bahasa sudah sepatutnya kita mensyukuri keragaman tersebut dengan senantiasa membangun komunikasi antara sesama anak bangsa agar tercipta kerukunan dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara," tuturnya.

Saat berwukuf, ia mengingatkan agar semua jemaah memusatkan hati dan pikiran dalam beribadah dengan mengenang kembali apa yang dialami Rasulullah beserta para sahabatnya sewaktu berada di padang Arafah ketika melaksanakan haji terakhirnya.

"Kita sekarang semua berpakaian putih, dan nanti pun kalau meninggal hanya terbungkus dengan sehelai kain putih, tidak membawa harta kekayaan kecuali amal yang kita lakukan selama hidup di dunia yang fana ini. Sewaktu kita menghadap Allah akan ditanya tentang empat hal," katanya.

Empat hal itu adalah tentang umurnya digunakan untuk apa; masa mudanya dihabiskan untuk apa; tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa dibelanjakan, dan tentang ilmunya apakah diamalkan atau tidak.