Turki Belajar dari Indonesia Cara Mengelola Jemaah Haji

Pengelola Haji Turki Remzi Bircan berkunjung ke kantor Misi Haji Indonesia
Sumber :
  • Bahauddin/MCH 2019

VIVA – Kantor Urusan Haji Indonesia di Mekah kedatangan tamu spesial, Selasa siang, 20 Agustus 2019. Mereka adalah perwakilan dari Pengelola Haji dan Umrah Turki, yang diwakili General Director of Hajj and Umrah Services Turki, Remzi Bircan bersama seorang stafnya.

Sementara dari Indonesia diwakili Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Nizar Ali, didampingi Sekretaris Ditjen PHU Ramdhan Harisman, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, Direktur Bina Haji Khoirizi, Direktur Pengelolaan Dana Haji Maman Saifullah, Direktur Bina Haji Khusus dan Umrah, Arfi Hatim dan beberapa pejabat lainnya.  

Remzi mengaku kedatangannya ke kantor Misi Haji Indonesia ingin belajar banyak dari Indonesia tentang pengelolaan jemaah haji. Seperti yang dia ketahui, Indonesia merupakan negara dengan jumlah jemaah haji terbesar di dunia, namun dapat dikelola dengan sangat baik, jemaahnya juga tertib.

"Pengelola haji Indonesia ini mengatur jemaah hajinya dengan sebaik-baiknya pengaturan, karenanya kami ingin tahu bagaimana cara mereka mengatur jemaah sebanyak ini dengan sebaik-baiknya," kata Remzi di kantor KUH Mekah.

Sebelum belajar cara pengelolaan haji di Indonesia, Remzi mengaku lebih dulu mengunjungi pengelolaan jemaah haji Malaysia yang dikelola lembaga Tabung Haji Malaysia. Banyak yang dia dapatkan dari pengelolaan haji Malaysia. 

Nah, kali ini, Remzi sangat berbahagia karena telah bertemu dan mengenal para pejabat pengelola haji Indonesia. Dalam waktu ke depan, Ia akan membahas lebih jauh tentang pengelolaan haji Indonesia. Diharapkan, ada hal positif yang bisa ditularkan untuk pengelolaan haji Turki.

"Kami sangat senang sekali, hari ini bisa bertemu, bersilaturahmi dengan petugas dan pejabat misi haji Indonesia. Tujuan saya memang untuk bersilaturahmi dengan pejabat yang ada di misi haji Indonesia," ujarnya.

Remzi mengakui tak mudah mengorganisir jemaah haji Turki yang jumlahnya tahun ini mencapai 80 ribu jemaah. Ia bercerita sulitnya memobilisasi puluhan ribu orang dari Mekah ke Arafah, lalu bermalam di Muzdalifah dan berlanjut ke Mina. "Itu sesuatu yang sangat sulit," ungkapnya.

Seperti diketahui, Turki tahun ini memberangkat 80 ribu jemaah hajinya ke Tanah Suci. 60 persennya adalah haji reguler dan 40 persennya haji khusus. Dengan jumlah jemaah 1.800 orang, Turki merekrut 1.800 pertugas haji.

Untuk biaya haji, setiap jemaah Turki membayar biaya haji USD4.600. Tanpa ada subsidi dari pemerintah. Sedangkan untuk masa tunggu jemaah Turki mencapai 25 tahun. Dengan asumsi pendaftar haji di Turki jumlahnya mencapai 2.130.000 jemaah, sementara kuota per tahun 80 ribu jemaah.

Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan Indonesia. Dengan kuota jemaah haji tahun ini 231.000 orang dan jumlah petugas haji 4.300 orang.

Untuk Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), jemaah Indonesia per orangnya dibebankan biaya USD5.000. Namun biaya separuhnya disubsidi pemerintah, sedangkan setiap jemaah hanya membayar USD2.600. 

Pertemuan antara pengelola haji Turki dan Ditjen Haji dan Umrah Kemenag ini, akan berlanjut pada masa mendatang. Pengelola haji Turki berniat datang ke Jakarta untuk belajar langsung pengelolaan haji di Indonesia, sekaligus mereka mengundang delegasi Indonesia untuk berkunjung ke Turki.