Kisah Qashwa, Unta Tunggangan Rasulullah SAW

Citra satelit kota Madinah 22 Juli 2018
Sumber :
  • www.earthobservatory.nasa.gov

VIVA – Qashwa bukan unta sembarangan. Tunggangan Rasulullah SAW ini memiliki keistimewaan khusus. Binatang berpunuk inilah penentu lokasi berdirinya rumah Nabi Muhammad SAW dan Masjid Nabawi di kota suci Madinah.

Masjid Nabawi sebetulkan bukan masjid pertama yang didirikan Nabi Muhammad SAW di Madinah. Sebelumnya nabi telah mendirikan Masjid Amar bin Yasir dan Masjid Quba.

Namun bagaimana asal muasal Masjid Nabawi berdiri tetap sesuatu yang menarik. Ceritanya, ketika Rasulullah SAW tiba di Yatsrib, sebelum berganti nama menjadi Madinah, para sabahat Anshar berebut menjadikan rumah mereka sebagai tempat singgah Rasulullah SAW. Maka diundilah dengan cara melepas Qashwa berjalan sendirian tanpa dihela. Dan disepakati di mana pun unta itu berhenti dan duduk, di sanalah Rasulullah SAW akan bertempat tinggal.

Qashwa lantas berhenti di sebidang tanah milik kakak beradik yatim, Sahal dan Suhail bin Amr. Tanah itu kemudian dibebaskan seharga 20 dinar. Tanah itu sebetulnya tidak kosong betul. Karena di atasnya ada makam milik orang kafir yang kemudian dipindahkan, juga ada bekas pohon-pohon kurma dan gharqad yang kemudian ditebang dan dibersihkan.

Awalnya masjid yang didirikan ini hanya berukuran 50 x 50 meter persegi dengan tinggi atap sekitar 3,5 meter. Bersama sahabat dan kaum muslimin, Rasulullah SAW ikut membangun masjid ini dengan tangannya sendiri. Tembok di keempat sisi terbuat dari tanah dan batu bata, sedangkan atapnya dari daun kurma dan tiangnya dari batang kurma. Sebagian atapnya dibiarkan terbuka. Selama sembilan tahun pertama, masjid ini tidak memiliki penerangan di malam hari. Hanya di waktu Isya saja diterangi dengan membakar jerami.

Sedangkan rumah Rasulullah SAW dibangun melekat pada salah satu dinding masjid. Ukurannya tidak terlalu besar. Masjid Nabawi juga dilengkapi bagian yang digunakan sebagai tempat orang fakir miskin yang tidak memiliki rumah.

Kini Masjid Nabawi menjadi salah satu masjid tujuan umat muslim dunia. Selain salat di masjid yang penuh keistimewaan ini, mereka juga berziarah ke makam Rasulullah SAW. Masjid ini kini memiliki luas lebih dari 100.000 meter persegi dan mampu menampung 600 ribu jemaah.

(Sumber: Ensiklopedia Fikih Indonesia 6: Haji dan Umrah, penulis Ahmat Sarwad)