Rahasia Lantai Masjidil Haram Tetap Dingin Meski Cuaca Panas 

Objek tanpa bayangan saat Matahari melintas tepat di atas Kabah
Sumber :
  • VIVA/Dedy Priatmodjo

VIVA – Masjidil Haram memang memiliki daya tarik tersendiri bagi umat muslim dari berbagai penjuru dunia. Tak hanya karena didalamnya terdapat Ka'bah yang merupakan kiblat umat Islam, bangunan masjid terbesar di dunia itu juga sangat megah, didisain dengan arsitektur dan material terbaik.

Siapapun yang datang ke Masjidil Haram pasti akan takjub dengan kemegahannya. Meskipun letaknya dikelilingi lembah gunung-gunung tandus berbatu, namun Masjidil Haram bak permata berkilau yang berdiri megah di tengahnya. 

Kemegahan ini sangat mafhum. Dimana jutaan umat muslim dari penjuru dunia sepanjang tahun mendatangi Masjidil Haram, menunaikan ibadah umrah dan haji. Hajatan akbar umat manusia itupun digarap serius Kerajaan Arab Saudi, sebagai khadimul haramain atau pembantu dua kota suci, Mekah dan Madinah. 

Segala hal terkait arsitektur maupun infrastruktur Masjidil Haram, dipikirkan sangat detil oleh pemerintah Arab Saudi. Termasuk memilih material khusus untuk digunakan sarana peribadatan di sekitaran Ka'bah.

Seperti pemilihan lantai Masjidil Haram di area tawaf Ka'bah (mataf). Marmer putih kristal itu terasa dingin meskipun di tengah cuaca panas ekstrim Kota Mekah. Bahkan, hingga tamperatur suhu udara 50 derajat sekalipun, jemaah haji maupun umrah yang tawaf mengitari Ka'bah dijamin tidak merasa kepanasan.

Selama ini muncul anggapan, bahwa hawa dingin atau sejuk di lantai Masjidil Haram itu karena lantainya diberi AC atau pendingin dari bawah. Anggapan itu sesungguhnya keliru. Hawa dingin atau sejuk yang keluar dari lantai itu berasal dari material lantai marmer itu sendiri.

Reasahalharamain, sebuah lembaga yang mengurusi dua masjid kota suci, Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, memberikan penjelasan asal usul lantai marmer yang digunakan untuk Masjidil Haram.

Melalui sebuah tayangan video yang diunggah di laman Instagram resminya, lantai Masjidil Haram itu terbuat dari marmer khusus yang didatangkan langsung dari suatu daerah bernama Thassos, yang letaknya sebelah utara Yunani. Dinamakan marmer Thassos. 

Thassos merupakan sebuah pulau di Yunani, yang memiliki luas wilayah 380 km². Di pulau yang memiliki pantai yang cantik itu, tersimpan rahasia kesejukan lantai Masjidil Haram. Sejak berabad-abad lamanya, marmer putih dari Pulau Thassos ini digunakan secara luas oleh orang-orang Romawi.

Dari situlah batuan marmer Thassos terkenal sebagai marmer yang mampu memberikan kesejukan dan meredam hawa panas yang memantul ke lantai. Bentuknya semakin istimewa dengan warna putih kristal yang merupakan warna khas batuan alam. 

Khusus untuk lantai Masjidil Haram, batuan marmer Thassos ini diimpor masih dalam bentuk bongkahan batu dari Yunani.  Lalu diolah dan dibentuk secara khusus di Arab Saudi, untuk diaplikasikan pada lantai Masjidil Haram.

Marmer Thassos dibentuk menggunakan teknologi canggih dengan pengawasan para ahli, sehingga menghasilkan marmer dengan kualitas tinggi. Lantainya dipotong dengan bentuk persegi panjang dengan masing-masing ketebalan 5 cm. Tingkat ketebalan marmer  juga turut mempengaruhi kesejukan lantai Masjidil Haram, meskipun cuaca panas ekstrem.

Pemasangan marmer Thassos untuk lantai Masjidil Haram dikerjakan oleh tenaga profesional yang berpengalaman. Marmer dipasang secara presisi di setiap sudutnya, untuk menjamin kenyamanan jemaah saat melintas.

Marmer Thassos dapat menyerap kelembaban di malam hari, dan mempertahankan suhu yang sejuk meskipun cuaca di siang hari sangat panas. Itu sebabnya, jemaah yang melaksanakan tawaf di siang hari bolong tidak perlu jingkat kaki karena kepanasan. Kesejukan yang terpancar dari marmer Thassos ini sangat membantu ibadah jemaah haji dan umrah.

Karena kualitasnya sangat istimewa, harga marmer Thassos ini tentu sangat mahal. Berdasarkan situs jual beli Alibaba, harga marmer Thassos yang langsung didatangkan dari Yunani mencapai US$200 per meter persegi atau setara Rp.7,5 juta. Cukup mahal bukan?