Tiga Masjid Bersejarah di Madinah

Masjid Khandaq atau Khamsah di Madinah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arinto

VIVA – Jemaah haji dari berbagai penjuru dunia sudah mulai berdatangan ke Tanah Suci di Arab Saudi. Tak terkecuali adalah jemaah haji asal Indonesia.

Pada musim haji 1440 Hijriah/2019 Masehi, jemaah haji Indonesia gelombang I sudah diberangkatkan sejak 6 Juli 2019. Bahkan, beberapa kelompok terbang (kloter) kini sudah bergerak menuju Mekah, setelah sebelumnya berada di Madinah untuk menjalani ibadah Arbain di Masjid Nabawi.

Selama berada di Madinah, jemaah haji biasanya juga menyempatkan untuk mengunjungi sejumlah tempat bersejarah. Selain Masjid Nabawi, beberapa masjid di antaranya sangat terkenal dan menyimpan sejarah Islam di Madinah Al Munawarah. Berikut tiga di antaranya: 

Masjid Quba
Masjid ini terletak di daerah Quba, sekitar 5 kilometer sebelah barat daya Madinah. Dibangun di atas sebidang tanah milik Kalsum bin Hadam yang telah dibeli oleh Rasulullah SAW.

Masjid Quba merupakan masjid yang pertama dibangun Rasulullah SAW pada tahun 1 Hijriah, atau 622 Masehi. Rasulullah membangun sendiri masjid ini, ketika sampai di Quba saat berhijrah dari Mekah.

Batu pertama pembangunan masjid ini diletakkan sendiri oleh Rasulullah SAW, kemudian berturut-turut batu diletakkan oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan selanjutnya dikerjakan oleh para sahabat Muhajirin dan Ansar sampai selesai. Pendirian Masjid Quba diabadikan dalam surat At Taubah ayat 108.

Letak Masjid Quba saat ini berada di sudut perempatan jalan tidak jauh dari jalan baru yang menghubungkan Madinah-Mekah. Rasulullah sering mengunjunginya untuk salat di dalamnya dan biasanya memilih pada hari Sabtu.

Rasulullah sangat menganjurkan untuk mengunjungi masjid tersebut karena keutamaannya. "Barang siapa yang bersuci dari rumahnya, kemudian datang ke Masjid Quba' dan salat di dalamnya, maka ia mendapatkan pahala umrah". (HR Ibnu Majah). 

Kaum muslimin di masa lalu pun sudah memberikan perhatiannya kepada Masjid Quba ini. Masjid ini sempat direnovasi beberapa kali, terakhir pada 1405 Hijriah atau 1985 Masehi.

Pelayan Dua Tanah Suci Raja Fahad bin Abdul Aziz memerintahkan untuk dilakukan rekonstruksi dan perluasan masjid hingga beberapa kali lipat. Namun, renovasi itu tetap menjaga keaslian warisannya dengan akurat.

Masjid Quba dibangun dengan bentuk koridor selatan dan utara, yang keduanya dipisahkan oleh teras terbuka. Kedua koridor tersebut tersambungkan oleh dua koridor panjang di sisi timur dan barat.

Pada keempat sisi bangunan masjid, dibangun empat menara. Menara-menara ini akan terlihat begitu indah dengan pendaran cahaya berwarna hijau saat malam hari. 

Masjid Khandaq (Khamsah)
Khandaq berarti parit. Lokasi masjid ini mengingatkan pada peristiwa perang Khandaq. 

Atas saran dari Salman Al-Farisi, Rasulullah SAW bersama sahabat membuat parit sebagai benteng pertahanan dari kepungan kelompok Yahudi Bani Nadir, Bani Ghathfan, dan lainnya. Lawan yang harus diadang saat itu sekitar 10.000 orang.

Parit sepanjang 5,5 kilometer yang dibikin berkedalaman 3,2 meter dan lebar 4,6 meter. Penggalian parit rampung selama 90 hari, dan dibangun tujuh pos. Pos-pos tersebut, yang menurut beberapa sumber, digunakan untuk salat tujuh sahabat Rasulullah.

Untuk menghormati pengorbanan para sahabat itu, dibangun masjid-masjid yang ukurannya tidak terlalu besar. Bahkan, lebih mirip pos keamanan.

Masjid ini terletak di kaki bukit Sala', Madinah. Berjarak sekitar tiga kilometer dari Masjid Nabawi.

Karena awalnya ada tujuh masjid yang dibangun, maka dinamakan Masjid Tujuh (Sab'ah). Yakni, Masjid Al-Fath, Masjid Salman Al-Farisi, Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Masjid Umar bin Khattab, Masjid Utsman bin Affan, Masjid Ali bin Abi Thalib, dan Masjid Fathimah Az-Zahra.

Namun, kini, untuk kepentingan perluasan kawasan kota, beberapa masjid terkena penggusuran oleh Pemerintah Arab Saudi. Tersisa kini lima masjid, sehingga kemudian dinamakan pula Masjid Khamsah (Masjid Lima). Beberapa orang juga menyebutnya dengan Masjid Khandaq.

Masjid ini berdiri megah dengan dua menara kembar, warna putih mendominasi bangunan utama masjid. Sepintas tidak ada yang menonjol. Seperti bangunan masjid umumnya di Madinah, desain sudut-sudut tegas menjadi cirinya.

Pintu masuk utama untuk jemaah pria berbentuk gerbang yang didominasi bentuk segi empat. Empat tiang bulat menyangga, masing-masing dua di kanan dan kiri.

Untuk jemaah pria, pintu masuk berbentuk gerbang yang didominasi bangun segi empat. Empat tiang bulat menyangga, masing-masing dua di kanan dan kiri.

Ornamen yang persis menghiasi bagian atas gerbang, meski sederhana, menambah aksen anggun masjid. Berbentuk melengkung mirip kubah masjid.

Masjid Jum'ah
Bangunan masjid ini terlihat mencolok di kawasan Al Jomah, Madinah. Persis di sudut perempatan jalan, dengan didominasi warna putih. 

Masjid ini hanya berjarak sekitar 500 meter sebelah utara dari Masjid Quba. Atau sekitar enam kilometer dari Masjid Nabawi.

Dalam sejarahnya, saat perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah, pada Senin, 12 Rabiul Awal Tahun 1 Hijriah, Rasulullah SAW bersama para Muhajirin singgah di Quba selama empat hari.

Pada Jumat pagi, Rasulullah dan pengikutnya melanjutkan perjalanan ke Madinah, dan berhenti di wilayah Wadi Ranuna'. Di wilayah ini, Rasulullah dan rombongan kemudian menunaikan salat Jumat berjamaah untuk pertama kalinya.

Khotbah yang disampaikan Rasulullah SAW di masjid ini juga tercatat sebagai khotbah pertama yang disampaikan Rasulullah dalam salat Jumat. Karena itu, wilayah tersebut kini dinamakan Al Jomah.

Dari beberapa literatur disebutkan, masjid ini pertama kali dibangun dari batu dan hancur beberapa kali. Masjid pun mengalami beberapa kali renovasi.

Renovasi kedua sempat dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa Kekhalifahan Abbasiyah antara tahun 155-159 Hijriah. Pada akhir abad ke-9 Hijriah, direnovasi kembali oleh Syamsuddin Qawan.

Selanjutnya, renovasi pada masa Kekhalifahan Utsmaniyah dipimpin oleh Sultan Bayazid. Renovasi berikutnya dilakukan oleh Sayyid Hasan Asy-Syarbatli pada pertengahan abad ke-14 Hijriah.

Sebelum renovasi, Masjid Jum'ah terakhir memiliki panjang delapan meter, lebar 4,5 meter, tinggi 5,5 meter, dan satu kubah yang terbuat dari bata merah. Di sebelah timur terdapat halaman dengan panjang 8 meter dan lebar 6 meter.

Sementara itu, renovasi pada 1409 Hijriah oleh Kementerian Wakaf Arab Saudi, dengan menghancurkan bangunan lama, dan membuat bangunan baru. Termasuk di antaranya tempat tinggal untuk imam, muadzin, perpustakaan, Madrasah Tahfidz Alquran, ruang salat untuk perempuan dan kamar mandi.

Pada tahun 1412 Hijriah, Masjid Jum'ah dibuka untuk umum dengan kapasitas 650 jemaah. Saat musim haji, masjid ini memang tidak seramai dikunjungi layaknya Masjid Quba.

Namun, untuk menambah wawasan sejarah Islam dan masa hijrah Rasulullah, jika ada kesempatan, masjid-masjid ini bisa menjadi salah satu destinasi.