Masjid Quba Simbol Perlawanan Adu Domba Umat Islam

Masjid Quba di Madinah
Sumber :
  • VIVA/Beno Junianto

VIVA – Ibadah haji yang dilakukan oleh umat muslim dari seluruh penjuru dunia memiliki tiga esensi penting. Tak hanya semata soal ritual ibadah haji itu sendiri, seperti berniat ihram, mengambil miqot, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan melempar jumrah. 

Ibadah haji juga memiliki esensi penting yang mencakup spirit perjalanan (rihlah) ibadah serta ziarah tempat-tempat yang memiliki arti penting untuk menumbuhkan spiritualitas jemaah haji. Seperti berziarah ke Masjid Quba.

Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun Rasulullah SAW pada awal permulaah hijrah. Terletak di sebelah tenggara Kota Madinah, masjid ini dulunya berdiri di atas kebun kurma. Masjid Quba telah mengalami renovasi dan perubahan, dengan tetap menjaga keaslian dari bangunan masjid.

Bagi jemaah haji maupun umrah, Masjid Quba ini merupakan salah satu situs yang wajib dikunjungi. Selain Masjid Nabawi, Masjid Qiblatain, makam Rasulullah dan Jabal Uhud.

"Kenapa Masjid Quba ini menjadi salah satu masjid yang wajib dikunjungi umat muslim, khususnya saat musim haji seperti ini? Karena Masjid Quba memiliki historis sejarah Islam yang sangat penting," kata Pengendali Teknis Bidang Bimbingan Ibadah PPIH Arab Saudi, Oman Fathurahman sela visitasi di sejumlah tempat, termasuk Masjid Quba, Kamis, 18 Juli 2019.

Oman menuturkan, Masjid Quba memiliki nilai historis penting dalam perkembangan syiar Islam di Madinah. Masjid Quba merupakan antitesa dari keberadaan masjid gharar yang didirikan orang-orang munafik untuk mengadu domba sesama muslim di zaman Rasulullah.

Atas petunjuk dan bimbingan Allah, Nabi Muhammad SAW mendirikan Masjid Quba bersama para sahabat. Peristiwa ini dijelaskan dalam Alquran Surat At-Taubah 108. Ayat ini menyiratkan bahwa Masjid Quba didirikan sebagai benteng orang-orang bertakwa dan mensucikan diri. Sekaligus penegasan larangan kaum muslimin untuk salat di masjid gharar.

"Hikmahnya bagi jemaah haji, jika kembali ke Tanah Air setelah ziarah ke Masjid Quba saat ceramah di tempat ibadah janganlah memiliki tujuan adu domba, provokatif atau menyebarkan berita yang tidak benar di masjid," ujar Oman. 

Sementara dari sisi rihlah atau perjalanan, umat Islam di Nusantara sejak abad 17 sudah memaknai haji sebagai salah satu rihlah ilmiah. Mereka datang ke Tanah Suci awalnya berniat untuk haji, tapi kenyataannya mereka mukim di Mekah hingga bertahun-tahun, karena sekalian menimba ilmu. 

"Untuk kondisi saat ini dapat dimaknai sebagai rihlah ruhaniah atau perjalanan penuh ruhani dengan mengambil hikmah sejarah perjalanan Rasulullah SAW dalam berjuang menegakkan Islam," ungkapnya.