Letak Pusara Mbah Moen di Pemakaman Ma'la Mekah 

Pemakaman Mala di Mekah
Sumber :
  • VIVA/Dedy Priatmojo

VIVA – KH Maimoen Zubair telah berpulang. Ratusan orang mengantarkan jenazahnya ke pusara Ma'la, sebuah komplek pemakaman kuno yang ada di Kota Mekah. Makam Mbah Moen bersanding dengan pusara para ulama-ulama besar yang pernah dilahirkan Indonesia di masa lalu. 

Sebut saja beberapa ulama besar  yang dimakamkan di komplek pemakaman Ma'la, seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Amin Al Quthbi Lombok dan Syekh Ahmad Khotib Minangkabau, dan juga salah satu gurunya, Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki.

Mbah Moen meninggal dunia di Mekah pada Selasa pagi, 6 Agustus 2019, sebelum Subuh. Sebelum wafat, beliau sempat dilarikan ke rumah sakit An Noor Mekah. Ulama karismatik itu meninggal dunia di usia 90 tahun.

Ulama kelahiran Rembang, 28 Oktober 1928 itu, meninggal dunia saat tengah menunaikan ibadah haji. Ia pergi haji bersama istrinya, Nyai Heni Maryam dan salah seorang santrinya, Hayatul Makki atau Gus Hayat.

Kabar wafatnya Mbah Moen langsung menyebar luas. Tak hanya di Tanah Air, di Kota Mekah, para jemaah haji, petugas maupun para mukimin berdatangan untuk mendoakan dan mensalati jenazah Mbah Moen di Kantor Urusan Haji Mekah. Beberapa pejabat negara yang tengah berhaji juga hadir mendoakan Mbah Moen.

Usai disalatkan di Masjidil Haram selepas Zuhur, jenazah Mbah Moen langsung dimakamkan di Ma'la. Ratusan orang memadati sekitaran Ma'la yang dipagari tembok tinggi. Berbaur mendoakan serta mengantarkan jenazah Mbah Moen ke pusara Ma'la.

Umumnya pemakaman di Indonesia yang terdapat penanda tegas seperti nisan, bahkan dibangun rumah-rumah makam dengan kijing, tapi tidak di Ma'la. Semua makam di Ma'la ini tanpa nisan, atau penanda jelas siapa saja yang pernah dimakamkan disini. Hanya seonggok batu yang menjadi penanda bahwa itu makam. 

Tanahnya pun datar. Tidak seperti gundukan tanah bertabur bunga khas makam orang yang baru meninggal di Indonesia. Liang makam di Ma'la juga dibuat permanen. Kanan kiri dinding makam sudah ditembok dan penutup dari beton. 

Tidak membutuhkan waktu lama untuk memakamkan seseorang di Ma'la. Karena lubang makam sudah dibuat permanen. Konon, makam yang baru diisi jenazah ini akan kembali diisi jenazah lain alias ditimpa setelah tiga tahun. Sehingga tidak ada makam paten di Ma'la ini. 

Begitu juga makam Mbah Moen. Setelah jenazah dimasukan ke dalam liang kubur, langsung tertutup rata tanahnya yang berpasir. Tak ada gundukan tanah. Nyaris tak ada yang tahu, mana kuburan baru dan lama. Batu penandanya pun semua sama.

Pusara Mbah Moen sendiri berada di Blok 70 Nomor 151 baris ke-4. Lokasi tak jauh dari pagar di sebelah jalan yang memisahkan pemakaman Ma'la baru dan lama. Di pemakaman Ma'la lama/kuno, terkubur sejumlah kerabat Nabi Muhammad SAW. Diantaranya istri Rasulullah Siti Khadijah, paman Nabi, Abu Thalib dan kakek buyut Nabi.

Sekilas, komplek pemakaman Ma'la ini berada di kaki bukit dan menghadap kiblat ke arah Masjidil Haram. Jaraknya juga tak terlalu jauh dari Ka'bah, sekitar 1,5 km. Diapit beberapa hotel menjulang dan tempat perbelanjaan Jafariyah. Lokasinya persis di pinggir jalan, dan selalu ramai.

Di pusara Jannatul Ma'la itu lah kini terbaring jenazah KH Maimoen Zubair. Seorang ulama karismatik dan patriot, pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang. Selamat jalan Mbah Moen, kelak Surga tempat terbaik untukmu!