Salah Kaprah Coretan Nama dan Foto di Jabal Rahmah

Peziarah mengunjungi bukit Jabal Rahmah di kawasan Padang Arafah, Makkah Al Mukarramah, Arab Saudi, Sabtu, 4 Mei 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aji Styawan

VIVA – Jabal Rahmah, bukit berbatu yang berada di padang Arafah, menyimpan segudang cerita ketika tiba musim haji. Bukit yang berada 25 kilometer sebelah tenggara Mekah ini, menjadi salah satu tempat favorit jemaah haji melaksanakan wukuf pada 9 Zulhijah. 

Bukit berbatu itu tiba-tiba 'berselimut' putih ketika waktu wukuf lalu. Setiap titik di atas bukit sesak dipenuhi jemaah haji dari berbagai penjuru dunia. Nyaris tak ada celah, mendaki pun sulit saking banyaknya orang. Mereka bermunajat, memohon kemabruran haji di hari Arafah.  

Selepas haji, bukit kecil nan eksotis itu tetap dipadati para peziarah umrah. Jemaah dari berbagai negara biasanya mengagendakan kegiatan ziarah ke bukit yang banyak diyakini jemaah haji dan umrah sebagai tempat bertemunya Nabi Adam AS dan Siti Hawa.

Cerita itu berkisah tentang Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi di tempat yang terpisah, lalu mereka berdua saling mencari dan akhirnya bertemu di Jabal Rahmah. Akhirnya kerinduan dan kecintaan antara dua insan itu tumbuh kembali setelah pertemuan di Jabal Rahmah. 

Setidaknya cerita itulah yang diyakini sebagian jemaah sampai hari ini. Bahkan, saking yakinnya dengan kisah itu, banyak orang menuliskan nama pasangan, atau keluarga diatas batu di Jabal Rahmah. Dengan harapan berjodoh atau keluarga langgeng.

Foto: Batuan di Jabal Rahmah ditulisi nama jemaah dan keluarga agar berjodoh

Ada juga yang dengan sengaja menyelipkan foto diri dan keluarga, atau nama-nama keluarga dalam secarik kertas yang digulung ke dalam lubang-lubang kecil di atas bukit. Tujuannya agar keluarga yang namanya ditaruh di Jabal Rahmah itu bisa terpanggil ke Tanah Suci. 

Padahal, pemerintah Arab Saudi sudah memasang tugu besar di atas bukit yang berisi pengumuman, disampaikan dengan berbagai bahasa, yang intinya menyampaikan: 

'Nabi-sallallahu 'alaihi wasalam tidak pernah menyuruh kita mengkhususkan bukit Arafah ini, atau tugunya untuk mengerjakan salat maupun berdoa di dekatnya. Para sahabat juga tidak melakukannya sepeninggal beliau'.

Artinya, pemerintah Arab Saudi secara tidak langsung melarang mengkhususkan ibadah di Jabal Rahmah dan tugunya. Begitu juga segala ritual ibadah yang memang tidak ada sandaran dalil atau tuntunan dari Nabi Muhammad SAW.

Tapi, pengumuman sebatas pengumuman. Malahan, tugu yang diatasnya tertulis jelas pengumuman tersebut tak lepas dari sasaran vandalisme jemaah. Tugu setinggi lima meter itu juga kotor dengan tulisan nama-nama jemaah. 

Foto: Tugu di Atas Jabal Rahmah tak lepas dari sasaran coretan

Aslan, jemaah haji asal Surabaya, termasuk yang punya keyakinan bahwa nama-nama keluarga yang akan ditulis di Jabal Rahmah ini akan terpanggil ke Tanah Suci. Ia bahkan sempat mengajak penulis untuk melakukan hal serupa.

"Enggak tulis nama-nama keluarga disini Mas? Foto-foto keluarga lempar aja disitu (di batu-batu), insya Allah nanti bisa kesini," kata Aslan saat ditemui di Jabal Arafah, Minggu, 25 Agustus 2019. 

Penulis sempat bertanya dasar keyakinan Aslan ketika tulisan nama atau foto-foto yang dilempar di Jabal Rahmah ini akan bertuah. Aslan dengan selorohnya, punya keyakinan yang sama dengan umumnya jemaah haji di kampungnya. "Tergantung keyakinannya Mas," ujar pria yang sudah pernah berhaji tahun 2013 silam.

Konsultan Ibadah PPIH Mekah, KH Ahmad Wazir tak menampik fenomena jemaah haji menulis nama hingga menyimpan foto keluarga di Jabal Rahmah. Menurutnya, tidak ada dalil apapun yang menganjurkan tindakan tersebut. Bahkan, cenderung mengada-ada.

"Katanya biar berjodoh, itu hanya dikait-kaitkan saja dengan Nabi Adam dan Hawa saja. Ndak ada dalilnya," kata Wakil Pengasuh Pesantren Mambaul Ulum, Denayar, Jombang, Jawa Timur ini.

Foto jemaah haji Indonesia bertebaran di Jabal Rahmah

Kepala Daerah Kerja Mekah, Subhan Cholid telah mengimbau kepada para jemaah haji, termasuk warga Indonesia yang berkunjung ke Arab Saudi agar tidak mengotori situs-situs bersejarah, termasuk di Jabal Rahmah, dengan coretan-coretan atau menempelkan foto dan sejenisnya. Ia khawatir coretan-coretan itu justru merusak nilai sejarahnya.

"Kalau itu sangat berkesan, cukuplah tulis dengan tinta emas di lubuk hati yang paling dalam, tanpa menulis di batu-batu yang punya nilai sejarah supaya bisa dinikmati orang seluruh dunia, dan pelajaran berharga bagi kita melihat sejarah tersebut," ujarnya.