Pesan Natal: Bijak Sikapi Perbedaan, Saling Membantu dan Mendoakan

Misa Natal Gereja Katedral Jakarta
Sumber :
  • ANTARA Foto/Wahyu Putro

VIVA – Umat Kristiani di seluruh dunia merayakan Natal, Selasa 25 Desember 2018. Pemimpin tertinggi umat Katolik Roma, Paus Fransiskus dalam khutbahnya ikut mendoakan korban tsunami di Selat Sunda, Banten. Paus menyerukan kepada masyarakat dunia untuk membantu para korban.

Di depan umat Katolik Roma yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk memperingati Sunday Angelus, Minggu 23 Desember 2018, Paus mengingatkan agar jemaat peduli terhadap korban tsunami di Indonesia.

"Yang telah dilanda serangkaian bencana alam yang hebat, yang telah menyebabkan banyak kematian, banyak orang hilang, dan kerusakan material yang cukup besar," kata Paus seperti dikutip dari Vatican News.

Karenanya, Paus mengajak semua orang berdoa bagi para korban dan orang-orang yang mereka cintai untuk meringankan penderitaan mereka. Selain itu Paus juga menyerukan kepada masyarakat di negara maju agar menjalani kehidupan yang lebih sederhana dan tidak terlalu materialistis.

Dia juga mengutuk kesenjangan yang makin menganga antara orang-orang kaya dan miskin di dunia, dengan menyebut kelahiran Yesus di sebuah kandang dalam kondisi serba terbatas secara ekonomi seharusnya membuat masyarakat mampu merenungkan makna hidup. Hal itu dia utarakan saat memimpin kebaktian di Basilika Santo Petrus di Vatikan dalam Misa Malam Natal.

Dalam khotbahnya, Paus mengatakan kelahiran Kristus seharusnya dijadikan cara baru dalam menjalani hidup, yaitu "bukan dengan melahap dan menimbun, tetapi dengan berbagi dan memberi”.

Bagi banyak orang, makna hidup ditemukan dengan memiliki kelebihan materi. Keserakahan yang tak terpuaskan itu menandai semua sejarah manusia, bahkan hari ini, ketika, secara paradoksal, beberapa di antara mereka makan dengan mewah, sementara banyak orang sulit untuk bertahan hidup.

Bijak Sikapi Perbedaan

Di Indonesia, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melalui perayaan Natal mengajak umat Kristiani terus meneguhkan pentingnya bijak menyikapi perbedaan, agar terwujud kebersamaan yang penuh kedamaian. Menurutnya, kedamaian memberi keleluasaan bagi seluruh warga bangsa untuk melakukan kebajikan.

"Saya mengajak seluruh umat Kristiani khususnya dan segenap umat beragama untuk berpartisipasi aktif menciptakan suasana damai, dan terus proaktif mendukung percepatan pembangunan," pesan Lukman dikutip dari keterangan resminya, Senin 24 Desember 2018.

Menag menambahkan, merayakan Natal bukan hanya dengan nyanyian dan pujian semata. Lebih dari itu, Natal perlu diterjemahkan dalam upaya konkret untuk memahami hakikat keragaman, menyadari luhurnya martabat kemanusiaan, dan pentingnya membangun peradaban. 

Sementara, Uskup Agung Mgr Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo mengingatkan pesan agung Yesus tentang manusia dalam khotbah Misa II Natal 2018 di Gereja Katedral, Jakarta, Selasa, 25 Desember 2018.

Ignatius menjelaskan, khidmat yang paling terlihat dari Yesus adalah ketika menjadi manusia sehingga keyakinan bahwa manusia adalah pribadi yang mulia yang hidupnya sejak awal sampai akhir juga dihormati. Begitu pula martabatnya harus dijunjung tinggi dan hak serta kewajibannya harus dihormati.

Ia mengkritik kecenderungan manusia yang lebih mementingkan eksistensi dibanding kebenaran. Menurut dia di era post-truth atau pasca-kebenaran, bukan lagi soal benar atau tidak, melainkan eksistensi. “Enggak penting lagi yang saya katakan benar apa salah; yang penting saya eksis,” katanya.

Akibatnya, pada zaman yang disebut pasca-kebenaran ini justru sebaran fitnah kian meluas. Sebab tidak penting lagi benar atau salah, melainkan eksistensi. Dia mencontohkan penyebaran fitnah di media sosial sehingga orang begitu mudah terhasut kebencian. Bahkan, katanya, "Kebencian disebar dengan rasa bangga.”

Karena itulah dia menawarkan premis baru pengganti teori Rene Descartes, yaitu “Saya beriman maka saya ada”. Premis itu bukan sekadar berpikir, apalagi berbelanja, melainkan pernyataan keberimanan sejati dan merawat persaudaraan. Perlu dipertanyakan kalau ada yang mengaku beriman tapi malah memicu perpecahan umat.

Persaudaraan, katanya, pasti akan mendorong untuk berbela rasa. Jika itu tidak ada, maka perlu dipertanyakan juga kemanusiaannya. "Semakin beriman, semakin bersaudara, semakin berbela rasa.” 

Makna Natal bagi Selebritas

Hari Raya Natal sering dijadikan momen bersyukur bagi umat Kristiani atas berkah, rezeki dan anugerah yang telah mereka terima setahun penuh. Di hari kelahiran Yesus Kristus, mereka juga berterima kasih atas kesehatan dan umur panjang yang diberikan sehingga bisa merayakan Natal bersama keluarga dan kerabat.

Hal itu pula yang dirasakan artis Melanie Ricardo. Ia sangat bersyukur tahun ini seluruh anggota keluarganya bisa merayakan Natal bersama. Ia juga menyampaikan bahwa Natal tahun ini sangat berbeda dari sebelumnya karena ia sekeluarga akan merayakan Natal di Australia.

Melanie Ricardo dan Tyson Lynch

Melanie ingin menikmati hasil kerja kerasnya di sepanjang 2018 dan memang sudah berencana untuk pergi ke Negeri Kanguru bersama keluarga besarnya untuk merayakan Natal. Seperti diketahui, Australia adalah negara kelahiran sang suami, Tyson Lynch.

"Kita senang banget bersuka cita karena kita bisa kumpul semuanya dan kita bisa merayakan Natal ramai-ramai. Puji Tuhan masih dikasih berkat, masih dikasih usia sampai saat ini dan senang sekali karena orangtua kita masih diberikan umur," ujar Melanie saat ditemui di Bekasi, Jawa Barat, baru-baru ini.

Hal yang sama juga dirasakan artis Marsha Aruan. Kekasih El Jalaluddin Rumi atau yang akrab disapa El ini memaknai hari kelahiran Yesus Kristus tersebut dengan rasa bahagia sekaligus bersyukur. 

“Arti Natal itu Tuhan datang ke dunia buat menyelamatkan kita dari segala dosa-dosa yang sudah kita perbuat di sini (di dunia). Jadi arti natal sangat spesial sih buat aku,” tutur Marsha saat ditemui di promosi filmnya berjudul Tembang Lingsir beberapa waktu lalu.

Di setiap hari Natal, Ia enggan memikirkan hal-hal yang lain, seperti baju baru atau menu khas Natal. Marsha lebih memilih merayakan Natal bersama dengan keluarga besarnya secara khusuk. 

“Kita enggak ada kaya makanan yang wajib harus ada di rumah, yang paling penting itu sih kebersamaannya saja, yang penting bareng-bareng keluarga,” ujar Marsha.

“Kalau baju baru juga enggak sih, kita enggak ada tradisi-tradisi seperti itu. Biasanya kan Natal harus pakai baju baru, aku sih enggak ada. Kita lebih menghargai kebersamaan.” 

Doa Khusus

Sementara aktor Okan Kornelius mengatakan, akan berdoa khusus  bagi para korban bencana alam yang terjadi di Indonesia.

"Doa aku di hari Natal sama Tahun Baru semoga alam lebih bersahabat sama kita, Indonesia lebih baik, kita diberi kesehatan dan dijauhkan dari segala penyakit," kata Okan kepada VIVA, Selasa, 25 Desember 2018.

Ia juga berharap dengan adanya musibah bencana, manusia semakin tebal iman dan memperkuat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Dengan musibah yang terjadi di tahun ini, ya, kita harus melewatinya. Karena itu di luar batas kemanusiaan. Jadi kita hanya bisa berdoa diberi perlindungan, kesehatan," ujar Okan menambahkan.

Sebagai umat Kristiani, presenter dan komedian Ruben Onsu mengaku akan berdoa untuk korban bencana tsunami di Banten. 

"Sampai sekarang lihat videonya masih nangis, masih enggak ngebayangin ya kalau saya jadi Ifan. Saya mendoakan semoga Ifan tabah," kata Ruben saat ditemui di kawasan Tendean, Jakarta, Selasa, 25 Desember 2018.

Sementara aktor Lukman Sardi memilih merayakan natal bersama keluarga. Tak ada tradisi spesial dalam keluarga Lukman dalam merayakan Natal. Menurutnya momen Natal dan tahun baru merupakan waktu berkumpul bersama orang-orang terdekat. 

"Mau melakukan apapun itu yang penting gua berkumpul sama keluarga, berlibur sama keluarga dan gua bisa berkumpul sama keluarga gua lainnya selain keluarga inti dan saling mendoakan."

Bagi aktor berusia 47 tahun itu, berkumpul bisa menghangatkan dan menjaga tali silaturahmi. Tak jarang Lukman mendapat berbagai masukan positif dan motivasi setiap kali bersama keluarganya. (mus)